Kuala Lumpur, Gatra.com – Pemerintah Malaysia memutuskan tidak lagi menggunakan vaksin AstraZeneca untuk program vaksinasi nasional. Hal ini disampaikan Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Khairy Jamaludin dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Menteri Kesehatan Adham Baba pada Rabu (28/4).
Meski para ahli menemukan bahwa manfaat penggunaan AstraZeneca lebih besar daripada risiko penggumpalan darah, kata Khairy, pemerintah Malaysia juga memperhatikan keresahan masyarakat yang ragu terhadap vaksin ini. Dia mengungkapkan perbandingan kasus pembekuan darah yaitu empat kasus dari satu juta orang yang menerima vaksin AstraZeneca.
"Terkait persoalan ini, dr. Adham dan saya telah rutin berdiskusi tentang penggunaan vaksin AstraZeneca. Kami tidak ingin vaksin yang efektif dan aman ini sia-sia, tapi pada saat yang sama, kami mengerti bahwa dalam periode ini, mungkin sains dan fakta tidak bisa mengatasi ketakutan masyarakat dan kabar palsu yang sudah viral," jelasnya sebagaimana dilansir Channel News Asia.
Berdasarkan diskusi tersebut, mereka sepakat mengambil tindakan proaktif dengan membuka pusat vaksinasi khusus yang mendistribusikan vaksin AstraZeneca. Namun demikian, vaksin ini tidak akan digunakan di pusat vaksinasi nasional.
"Kami akan membuka vaksinasi itu kepada relawan yang bersedia untuk mendaftar ke lokasi khusus, setelah mereka melihat semua fakta mengenai vaksin AstraZeneca itu," tambah Khairy.
Saat ini masih ada 268 ribu dosis vaksin AstraZeneca yang tersisa di Malaysia. Sisa vaksin itu akan didistribusikan ke lokasi vaksinasi khusus AstraZeneca di Selangor dan Kuala Lumpur. Selain itu, mereka masih akan menerima lagi vaksin AstraZeneca pada Mei nanti.
Senin lalu, Kemenkes Malaysia menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca aman digunakan, tiga hari setelah negara itu menerima suntikan pertama yang dibeli melalui fasilitas COVAX global.