Jakarta, Gatra.com- Indonesia bisa belajar dari India yang baru-baru ini mengalami Tsunami Covid-19. Dimana jumlah kasus yang terinfeksi per harinya mencapai 200 ribu.
Bahkan angka kematian akibat Covid-19 juga meningkat. “Ini terjadi karena masyarakat abai dengan protokol kesehatan dan karena mereka merasa sudah divaksin," ungkap Dokter Spesialis Paru RS Persahabatan, Dr.dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) dalam diskusi virtual yang diadakan SOHO bertajuk "Pentingnya Menjaga Imunitas Tubuh Meski Sudah Divaksinasi", Rabu (28/4).
Belajar dari India, lanjut dr Erlina, vaksin bukan berarti segala-galanya. "Kalau sudah divaksin, jangan euforia dan abai dengan prokes,” ia mengingatkan.
Senada dengan dr. Erlina, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Immunologi, Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM juga menegaskan tidak ada perlindungan yang sifatnya 100% dari vaksin.
Dalam kondisi sekarang, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan memberikan perlindungan 50% saja melalui vaksin sudah bisa dilakukan. Dalam hal ini, orang yang divaksin risiko tertularnya 50% lebih rendah.
BPOM sendiri telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization pada vaksin Sinovac dengan efikasi 65,3%. Artinya, risiko tertularnya 65,3% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak divaksin.
Dokter Gatot mengatakan, orang yang terinfeksi tergantung tingkat infeksinya. Infeksinya bisa tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, gejala berat, atau gejala kritis.
"Semakin berat tingkat infeksinya, tubuh berjuang semakin keras untuk mengalahkan virus. Fakta yang diperoleh, antibodi itu berbanding lurus dengan tingkat keparahannya," jelas Dr Gatot.