Pati, Gatra.com – Rasanya tidak pernah ada habisnya menguak kekayaan kuliner di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sebut saja, mangut kepala manyung, nasi gandul, petis runting, dan seabrek kuliner khas lainnya.
Khusus di bulan suci Ramadan, ada kuliner tradisional asal Pati yang wajib ada saat berbuka puasa. Terlebih bagi warga Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa. Adalah botok masin, berbeda dengan botok pada umumnya, makanan ini menggunakan bahan utama masin dan biasanya digunakan sebagai lauk.
Masin di sini, yakni nasi sisa yang diproses sedemikian rupa. Pertama, nasi dimasukkan ke dalam wadah serta diseduh dengan air panas secukupnya dan ditutup rapat untuk kemudian didiamkan selama dua hari dua malam, sebelum diolah.
Sulistiyasih, warga Dukuh Prapeyan RT 02/RW 03, mengatakan, botok masin menjadi salah satu menu wajib saat puasa Ramadan. Mengingat, kuliner tradisional ini memiliki cita rasa yang sangat pas untuk membatalkan puasa.
"Setiap Ramadan pasti kita buat botok masin ini. Sudah menjadi tradisi di keluarga, di awal, pertengahan, dan akhir Ramadan pasti kita buat botok masin ini untuk berbuka puasa," ujarnya saat ditemui Gatra.com di rumahnya, Selasa (27/4).
Ia melanjutkan, botok masin ini hanya dapat dijumpai di Desa Pagerharjo dan sekitarnya. Serta tidak terdapat di daerah lain di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani. Lantaran menjadi makanan rumahan, botok masin pun tidak dijual di warung-warung.
"Tidak dijual di warung karena memang tidak banyak yang tahu makanan tradisional ini. Selain kurang populer dibandingkan kuliner khas Pati lainnya," ungkap dia.
Sulistiyasih menyebut, botok masin adalah makanan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur di Dukuh Pajaran dan Prapeyan. Botok masin memiliki arti sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME untuk tidak menyia-nyiakan makanan.
"Kita diajarkan pendahulu kita untuk tidak memubazirkan makanan dengan memanfaatkannya menjadi olahan lainnya. Begitu cerita orang-orang tua zaman dahulu," ungkapnya.
Proses pembuatan botok masin, dikatakannya cukup mudah. Setelah proses pembuatan masin yang berbahan baku nasi fermentasi selesai. Tahap selanjutnya adalah menyiapkan bahan lainnya, seperti parutan kelapa, cabai merah, petai cina, udang, dan rempah.
Kemudian, bahan-bahan tersebut dicampur secara merata hingga membentuk adonan botok. Setelah itu, ambil adonan secukupnya dan bungkus dalam daun pisang dan kunci dengan potongan lidi.
Selanjutnya, kukus botok masin ke dalam periuk dengan api sedang selama 30 menit. Setelah daun pisang berwarna keemasan, angkat dan tiriskan. Botok masin pun sudah siap dihidangkan.
Kuliner tradisional ini memiliki cita rasa yang cukup unik. Kombinasi antara manis, pedas, sedikit rasa asam. Sehingga sangat pas sebagai teman nasi saat perut kosong, terlebih selepas menjalani ibadah puasa seharian.
"Botok masin ini paling cocok dipakai buat lauk nasi, dilengkapi dengan sayur bening dan sambel trasi, serta gorengan ikan kali," imbuh Sulistiyani.
Zaki, salah seorang penyantap botok masin mengaku, baru kali pertama menikmati kuliner tradisional khas Pati tersebut. Bahkan, setelah tahu kenikmatannya, bocah 7 tahun ini tidak berhenti untuk memakannya.
"Tadi tanduk [nambah] dua kali karena enak sekali. Baru pertama ini, nafsu makan meningkat," tuturnya polos.