Palembang, Gatra.com- PT Semen Baturaja (Persero) Tbk mampu membukukan kinerja positif pada 2020. Terbukti, perseroan mampu menekan harga pokok secara signifikan dan memaksimalkan pendapatan dengan capaian Rp 1,72 triliun, serta meningkatkan EBITDA menjadi Rp 416,4 miliar atau meningkat dua persen dari 2019 lalu.
“Semen Baturaja mampu melalui 2020 dengan membukukan kinerja positif, meski menghadapi situasi yang penuh tantangan,” ujar Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, Jobi Triananda Hasjim, Selasa (27/4).
Menurutnya, guna mencapai hasil tersebut perseroan menjaga kinerja dengan berbagai inisiatif strategis. Mulai dari efisiensi biaya produksi dan biaya usaha, perbaikan sistem distribusi dan penataan distributor. “Bukan itu saja, perseroan juga mendorong upaya peningkatan pendapatan melalui penjualan white clay,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, perseroan menjalankan pengelolaan arus kas secara disiplin dan penetapan prioritas belanja modal sehingga berhasil membukukan Cash From Operation (CFO) Rp 393 miliar pada akhir 2020 dan mampu mencatatkan EBITDA margin sebesar 24 persen, jauh di atas pencapaian pada 2019 sebesar 20 persen. “Semen Baturaja mampu menunjukan tanggung jawabnya sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan memaksimalkan pendapatan di tengah pandemi Covid-19 (virus corona),” ujarnya.
Di 2021 ini, sambungnya, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memproyeksikan konsumsi semen dalam negeri akan meningkat sekitar 7-8 persen. Begitu pun dengan ekspor clinker dan semen diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 10 persen. Hal itu terutama lantaran adanya peningkatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 untuk infrastruktur sebesar 47,3 persen menjadi Rp 414 triliun dan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan meningkat 4-5 persen.
Volume penjualan semen domestic sepanjang 2020 tercatat sebesar 62,5 juta ton. Mengacu pada data ASI realisasi tersebut menurun 10,7 persen yoy dan merupakan pertumbuhan terendah dalam sepuluh tahun terakhir.
Saat Covid-19 merebak ke seluruh dunia termasuk Indonesia, kinerja perekonomian menjadi melemah dan pertumbuhan ekonomi pun mengalami perlambatan. Hingga akhir 2020, pandemi corona menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun sebesar -2,07 persen.
Dibeberkannya, banyak proyek pemerintah yang ditunda karena Covid-19. Meskipun masih ada proyek yang telah berjalan seperti proyek pembangunan jalan tol Indralaya - Prabumulih, tol Muara Enim - Lubuklinggau - Bengkulu dan proyek lainnya yang masih dilanjutkan mampu membawa pengaruh untuk konsumsi semen di wilayah Sumatera.
“Karena itu, tahun ini (2021) akan menjadi tahun yang lebih optimis dengan adanya upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional yang diharap mampu mendorong pertumbuhan sektor infrastruktur yang menjadi sektor utama penyerap semen,” katanya.