Blora, Gatra.com - Serda Setyo Wawan menjadi salah satu prajurit TNI AL yang gugur dalam peristiwa tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 di perairan Bali.
Di mata keluarga, Serda Setyo merupakan sosok yang patuh dan taat kepada orang tua.
Ibu Serda Setyo, Wiji mengungkapkan terakhir kali bertemu anaknya pada hari Sabtu (17/4). Saat itu Istyo panggilan Serda Setyo pamit untuk ikut latihan perang bersama kapal selam Nanggala 402.
"Sabtu malam pulang ke rumah pamitan mau latihan perang. Waktu pamit cerita kalau sempat mimpi Bapak. Bapak saya rangkul. Tapi saya nangis terus Mak. Terus, gak tahu bapak hilang," ujar Wiji menirukan ucapan anaknya, saat ditemui di rumahnya di Kampung Pasarjagung Kelurahan Balun, Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, Senin (26/4).
Firasat itupun juga dirasakan Wiji. Sehari sebelum kejadian ia mengaku tidak bisa tidur dan terus-terusan menangis.
"Malam Rabu itu semalam gak bisa tidur. Hanya nangis terus. Gak tahu kenapa," ucapnya.
Wiji mengaku mendengar kabar kapal selam tenggelam tersebut pada Rabu (21/4) pagi saat melihat tayangan berita di TV. Iapun sempat histeris dan tidak percaya adanya pemberitaan kapal tenggelam itu.
"Ya Allah kapale anaku. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Tapi saat itu saya masih yakin anak saya selamat," ucapnya.
Sementara Bibi Almarhum, Wafik mengaku keponakannya itu bergabung di Kapal Selam Nanggala 402 sejak satu tahun tarekhir. Sebelumnya ia lama bertugas di kapal perang lainnya.
"Satu tahunan baru di Nanggala. Dibagian SAA (Senjata Atas Air) di Torpedo itu," katanya.
Dia menilai, Serda Setyo merupakan anak yang patuh dan taat kepada orang tuanya. Bahkan sejak kecil ia merupakan anak yang pekerja keras.
"Anaknya itu pekerja keras. Sejak kecil sudah bantu ibunya jualan koran bekas, minuman. Karena kan anak orang tidak mampu. Bapaknya tukang becak, ibunya jualan warung di depan stasiun Cepu," ucapnya.