Jakarta, Gatra.com - Aksi 'Gowes for Democracy' sempat dihadang oleh beberapa polisi saat menuju ke Sekretariat ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), hingga berlangsung ricuh. Bahkan, ada oknum polisi yang menarik-narik sepeda dari peserta aksi. Koordinator 'Gowes for Democracy', Safina Maulida mengatakan, pihaknya berkumpul dan melakukan press conference. Selanjutnya beranjak ke Sekretariat ASEAN bersama Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada pukul 16.30 WIB.
"Tapi di tengah jalan, kita dihadang oleh beberapa polisi dan juga sempat ada bentrok keributan, lalu kita enggak bisa akhirnya, akhirnya enggak bisa nembus ASEAN, kita balik lagi ke LBH setelah di Bundaran Senayan," tutur Safina lewat sambungan telepon kepada Gatra.com pada Sabtu malam, (24/4).
Ia menyebut pihaknya disetop aparat di 3 titik di kawasan Menteng dan Senayan City. Safina mengungkapkan aksi yang dilakukan di depan Sekretariat ASEAN merupakan aksi damai guna menyuarakan solidaritas. Aparat berdalih tidak dibolehkannya aksi sebab masih ada pertemuan bilateral yang berlangsung di kawasan tersebut.
"Jadi kita enggak bisa nembus ke sana, dan sempat pengacara, pengacara kita, teman-teman NGO [Non-Governmental Organization] juga sudah melobi akhirnya enggak bisa juga, dan sempet ada yang narik sepeda dan ya, ya enggak kisruh sih cuma ya teriak-teriak lah lumayan lama, itu mungkin ada 10 menit di sana di tengah jalan itu," katanya.
Buntutnya, video polisi itu diunggah di twitter resmi Milk Tea Alliance Indonesia, @IDmilktea pada Ahad, (25/5). "Wah enggak tau deh pak polisi siapa [oknum polisi yang narik sepeda], mungkin akan, videonya akan di-up di twitternya IDmilktea," imbuh Safina.
Dinamakan 'Gowes for Democracy', lanjut Safina, karena sejarah protesnya tentang woman strike, civil right itu menggunakan sepeda hampir di seluruh dunia. Penggunaan sepeda juga karena menjadi kendaraan yang ramah lingkungan. "Kita juga ingin membikin civic space, mengembalikan lagi civic space kepada rakyat dengan menggunakan kendaraan yang organik, yaitu sepeda," ujar perwakilan atau juru bicara dari Milk Tea Alliance Indonesia itu.
Berikut poin seruan dari 'Gowes for Democracy' kepada para pemimpin ASEAN menurut siaran pers yang diperoleh Gatra.com :
1. Untuk menolak perwakilan dari junta militer Myanmar di KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Khusus ASEAN dan sebagai gantinya membawa perwakilan dari pemerintah yang sah dan dipilih secara demokratis.
2. Untuk memberikan seruan yang tegas kepada junta militer Myanmar untuk segera menghentikan pelanggaran HAM berat.
3. Untuk membuka dukungan kemanusiaan untuk seluruh wilayah konflik di Myanmar secara menyeluruh, aman dan tanpa hambatan, termasuk dukungan ke wilayah minoritas minoritas Rohingya yang telah menderita dari penyiksaan yang berkepanjangan.
4. Untuk membentuk respon yang solid dan terkoordinasi di antara negara-negara ASEAN, Dewan Keamanan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB dengan tujuan untuk mengirim delegasi bersama ke Myanmar untuk melakukan pemantauan situasi, menghentikan kekerasan serta membantu negosiasi yang damai dan berdasarkan prinsip kemanusiaan.