Pekanbaru, Gatra.com – Koalisi Partai Islam bisa menjadi batu sandungan bagi partai politik nasionalis dalam merangkul atau mempertahankan pemilih.
Kepada Gatra.com, Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Provinsi Riau, Dr. Hasanuddin menyebut kerentanan partai nasionalis tersebut dipengaruhi sejauh mana partai politik Islam memainkan isu indetitas agama.
Baca Juga: Biaya Politik Mahal, Akademisi UI Usulkan Parpol Lokal
Menurutnya hajatan politik Indonesia belakangan ini menunjukkan adanya efektifitas pengaruh isu agama sebagai komoditas politik.
"Saya justru melihat berkurangnya suara partai nasionalis setiap muncul atau adanya isu agama," ujarnya di Pekanbaru.
Dikatakan Hasanuddin, kerentanan partai nasionalis itu lantaran beralihnya pemilih Muslim yang tadinya merupakan pemilih tradisional partai nasionalis. Peralihan itu semakin terbuka jika diserukan oleh figur-figur ulama beken seperti Ustad Abdul Somad.
Baca Juga: KPU Jateng Mulai Persiapkan Pemilu Serentak 2024
"Jadi kemunculan partai bernuansa Islam itu bisa jadi bukan mengancam partai Islam lainnya, tapi bisa mengancam partai nasionalis. Sebab mereka merebut pemilih Muslim yang sebelumnya memilih partai nasionalis," urainya.
Sebagaimana diketahui, Pemilu 2024 mendatang diperkirakan bakal diikuti dua partai baru bercorak Islam, yakni Partai Ummat dan Partai Masyumi Reborn. Sementara itu dua partai Islam yang lebih dulu ada, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), telah mewacanakan pembentukan koalisi partai Islam.
Di Riau sendiri isu identitas agama pada Pemilu 2019 telah berdampak terhadap partai nasionalis pendukung Jokowi-Maruf Amin. Dimana Golkar menjadi partai nasionalis yang paling banyak digembosi isu keagaaman.
Baca Juga: Politisi Nasionalis Loncat ke PKB Bisa Ganggu Kenyamanan
Partai besutan Airlangga Hartato itu hanya meraih 11 kursi di DPRD Riau pada Pemilu 2019. Jumlah itu berkurang dari 14 kursi pada Pemilu 2014. Seretnya jumlah kursi Partai Beringin juga terjadi di level kabupaten/kota.
Di Pekanbaru misalnya, Golkar pada Pemilu 2019 hanya memiliki 4 kursi dari 45 kursi yang tersedia. Pada Pemilu 2014 Golkar meraih 7 kursi dan berstatus sebagai pemenang.