Purworejo, Gatra.com- Aksi pemblokiran jalan yang berujung ricuh di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ternyata tidak murni dari warga penolak quarry. Hal itu dikemukakan oleh Kapolres Purworejo, AKBP Rizal Marito saat press reales di Mapolres Purwprejo, Sabtu sore (24/4/2021).
Dalam rilis kali ini hadir pula Direktur Intel dan Keamanan (Dirintelkam) Polda Jateng, Kombes Jati Wiyoto Abadi dan Kepala Kesbangpolinmas Provinsi Jateng, Haerudin. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa, isu tersebut telah menjadi isu nasional akibat framming di media sosial yang tak berimbang.
"Kami sudah melakukan berbagai upaya. Teman-teman wartawan yang ikut meliput pasti bisa melihat mana warga Wadas dan mana yang bukan. Kita bisa lihat siapa yang aktif (menyerang), Polisi tidak membalas. Kami duga Kelompok Anarko ada di balik aksi kemarin. Kami sudah mengantongi data-datanya," jelas Marito.
Lanjutnya, akibat kejadian itu, lima orang anggota Polri terluka dan harus mendapat perawatan. Marito menjelaskan, semua upaya termasuk ajakan dialog kepada warga atau perwakilan warga tidak diindahkan. "Usai aksi kemarin, kami amankan 11 warga untuk diperiksa dan telah kami pulangkan Sabtu dini hari sekira pukul 01.00 WIB. Enam orang warga luar Purworejo (Solo, Jogja) kami serahkan pada pengacaranya. Sedangkan lima warga Wadas telah diantar oleh petugas Polsek Bener," lanjutnya.
Entah apa motivasi orang-orang dari luar Desa Wadas tersebut ikut membuat ricuh aksi yang semula berjalan damai. "Mereka itu dari luar Purworejo, bahkan kami tidak mengenali siapa pendamping hukumnya. Setelah kami amankan karena melawan dan provokatif, baru dia mengaku dari LBH Yogyakarta. Padahal dia sudah saya ajak dialog, tapi tidak menghiraukan," kata Rizal Marito.
Kapolres menambahkan, orang yang ikut blokir jalan Wadas dan yang ikut demo menentang Omnibus Law sama. Ia berharap agar masyarakat tak gampang ditunggangi dan diperalat oleh kelompok Anarko.