Siak, Gatra.com- Bantuan duit Rp30 juta per hektare yang digelontorkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), belum begitu menggiurkan bagi sebagian besar petani kelapa sawit di Kabupaten Siak, Riau.
Buktinya, progam Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di daerah tersebut, setiap tahunnya tidak mencapai target. Tahun lalu saja, dari 5.000 hektare kuota yang diberikan pusat, hanya 1.889 hektare terealisasi.
Apalagi, harga sawit lagi tinggi-tingginya saat ini, membuat para petani berpikir dua kali mengikuti program tersebut.
"Itu memang kendalanya, kenapa program PSR tak seusai target dari tahun ke tahun di Siak, karena harga sawit tinggi. Apalagi sekarang harganya Rp 2 ribuan, petani pun enggan ikut PSR," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Siak, Muhammad Ihsan, belum lama ini saat bincang-bincang dengan Gatra.com di Siak.
Belum lagi, lanjut Ihsan, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia termasuk Siak sejak tahun lalu, yang membikin sebagian besar ekonomi petani sawit terganggu.
"Nah, kalau kebun sawitnya luas, tak begitu terganggu. Apalagi punya penghasilan sampingan. Misalnya, pegawai negeri atau kerja di perusahaan. Tapi, bagaimana yang hanya berharap dengan hasil kebun sawit. Tentu, agak sedikit berpikir ikut PSR. Sebab, kebun sawit satu-satunya sumber penghasilannya," kata dia.
Kendati begitu, Ihsan optimis 3.000 hektare kebun sawit di Kabupaten Siak tahun ini direplanting. Maka itu, sejak Januari lalu, pihaknya getol mensosialisasikan program tersebut hingga ke 14 kecamatan se Kabupaten Siak. "Kuota tahun ini 4 ribu hektare. Insya Allah, 3 ribu hektare terealisasi," kata dia.