Purworejo, Gatra.com - Persoalan quarry di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah makin berlarut. Ratusan warga didampingi oleh penasehat hukum mereka dari LBH Yogyakarta memblokir akses jalan masuk ke desa yang terletak di perbukitan itu.
Para petugas dari Polres Purworejo dibantu oleh Brimob Kompi C Kutoarjo berusaha untuk membuka jalan yang diblokir dengan kayu. Sementara warga mempergunakan para perempuan yang dikenal dengan Wadon Wadas menjadi garda terdepan mereka.
Dengan bersila para perempuan itu membaca tahlil dan doa sedangkan di depan mereka personel Dalmas siap dengan tameng dan helm. Tiba-tiba, entah siapa yang memulai, dari arah warga mulai melempar batu. Sehingga suasana yang semula tenang berubah ricuh. Polisi pun harus menembakkan gas air mata untuk menghalau warga yang kian beringas melempari petugas dengan batu.
Kapolres Purworejo, AKBP Rizal Marito yang hadir menjelaskan bahwa, kehadiran petugas karena mendapat informasi pemblokiran jalan. "Kami turun melakukan upaya preventif hingga akhirnya melakukan upaya represif. Ada keolmpok masyarajat menutup akses jalan, untuk apa seperti itu (blokir jalan), ini kan hanya sosialisasi. Siapa yang di belakang, tujuannya apa," tanya Rizal Marito usai pengamanan, Jumat siang (23/4/2021).
Berdasar rilis dari LBH Yogyakarta, ada 12 warga yang ditangkap dua diantaranya dari LBH. Kemudian mereka mengklaim ada 9 warga yang terluka.
Menanggapi hal itu, Marito mengatakan belum bisa memastikan berapa jumlahnya namun pihaknya memang mengamankan beberapa orang. "Kami hanya memastikan mereka itu perannya apa, warga mana. Nantinya akan dipilah, apa peran mereka, yang dinilai sebagai provokator akan diproses," jelas Rizal Marito.
Ia melanjutkan, saat dirinya berdialog dengan warga yang memblokir jalan, dirinya sempat bertanya, tetapi antar warga dan orang tersebut tidak saling kenal. Kejanggalan itu tentunya menimbulkan pertanyaan.
"Jika bukan orang Purworejo, mengapa bikin ribut di sini, motif mereka apa sih? Kegiatan hari ini baru mau sosialisasi. Dari tahun 2018 mereka sudah didoktrin, hanya kerugian yang mereka doktrinkan. Kini pemerintah akan memberikan sosialisasi, harusnya diberi kesempatan yang sama, supaya adil," ungkapnya.
Kapolres pun meminta agar jangan ada yang membodohi warga dengan isu-isu yang tidak benar. "Para penolak quarry membawa isu perusakan lingkungan hidup, kajiannya mana? Harus secara ilmiah jangan hanya menggunakan perkiraan mereka saja. Penetapan lokasi (Penlok) ini sudah turun Amdalnya," pungkas Marito.