Jakarta, Gatra.com - Kasubdit Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr Benget Saragih berharap pemerintah untuk menutup akses dari India ke Indonesia.
“Harapan kita, sih, ada kebijakan untuk menutup pintu dari India,” ucap Benget melalui sambungan telepon pada Jumat (23/04). Permintaan untuk menutup pintu bagi India didasari oleh kekhawatiran tentang kasus Covid-19 yang melesat dan selalu menembus rekor 200.000 kasus baru per hari.
Benget khawatir karena Warga Negara India disinyalir berjumlah banyak datang ke Indonesia ketika kasus Covid-19 di Indonesia menurutnya sedang menurun.
"Yang kita takutkan mereka masuk ke Indonesia karena di sana lagi benar-benar kasus. Mereka keluar dari sana, kita gak tau juga, tapi kita sinyalir aja bahwa kok banyak banget, nih, masuk ke Indonesia sementara negara kita dalam kasus covid sekarang lagi menurun, nih,” ujar Benget.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa hingga saat ini, pintu-pintu perbatasan masih ditutup untuk masuknya WNA ke wilayah Indonesia. "Kecuali mereka yang memang masuk kategori dikecualikan. Nah, kita lihat apakah mereka (warga negara India yang masuk Indonesia) apakah yang masuk dikecualikan?" ujar Retno kepada Gatra, Kamis (22/04).
Seperti yang diketahui, pengecualian bagi WNA untuk bisa masuk ke Indonesia adalah mereka yang memegang visa diplomatik dan visa dinas, pejabat tinggi asing setingkat menteri ke atas, pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas; pemegang KITAS dan KITAP. Menurut dr Benget, warga negara India yang masuk ke Indonesia tersebut sebagian besar karena memiliki KITAS.
Dengan semakin banyaknya kasus harian positif Covid-19 di India dan juga menilik beberapa negara lain mulai menutup rapat-rapat pintu bagi warga negara India, maka dimungkinkan bila Indonesia mengikuti langkah serupa. "Itu bisa saja, tergantung kebijakan kita," ujar Retno.
Saat ini, 9 dari 127 orang WN India yang baru masuk ke Indonesia terkonfirmasi positif setelah melakukan SWAB PCR di Indonesia pada Kamis (22/04). Benget menyebutkan bahwa mereka membawa hasil SWAB PCR dari luar negeri.