Yangoo, Gatra.com - Program Pangan Dunia memperingatkan akan ada 3,4 juta orang di Myanmar yang menghadapi kelaparan dalam tiga hingga enam bulan mendatang, di tengah gejolak yang semakin parah di negara itu.
Dalam laporan terakhirnya sejak kudeta, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan pandangan yang jauh lebih suram dibandingkan sebulan sebelumnya yang menyebutkan krisis pangan akan menyerang 2,8 juta orang.
Badan tersebut mengatakan bahwa kenaikan harga pangan, pengangguran dan kekhawatiran akan COVID-19 telah mempercepat kemerosotan ekonomi dan memicu krisis kemanusiaan.
Ekonomi Myanmar sudah sangat terpengaruh oleh pandemi COVID-19 sejak tahun 2020 lalu.
"Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan," kata direktur Program Pangan Dunia untuk Myanmar, Stephen Anderson dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Kamis (22/4).
"Respons bersama diperlukan sekarang untuk meringankan penderitaan segera, dan untuk mencegah kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam keamanan pangan," tambahnya.
Program Pangan Dunia mengungkapkan bahwa harga beras dan minyak goreng di pasaran telah naik masing-masing sebesar 5% dan 18% sejak akhir Februari lalu. Fenomena ini menyebabkan semakin banyaknya keluarga di ibukota komersial Yangon yang melewatkan makan, makan makanan yang kurang bergizi, hingga berhutang untuk makan.
Badan tersebut berencana untuk memperluas operasi bantuannya tiga kali lipat menjadi 3,3 juta penerima bantuan, serta menarik US$ 106 juta.
Tentara Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah sipil yang terpilih secara demokratis pada 1 Februari, dan menjerumuskan negara Asia Tenggara itu ke dalam kekacauan dan menindak protes massa dan gerakan pembangkangan sipil nasional dengan brutal hingga menewaskan lebih dari 700 orang.
Krisis telah membuat sistem perbankan macet, menutup banyak cabang Bank, membuat bisnis tidak dapat melakukan pembayaran dan nasabah tidak dapat menarik uang tunai.
Banyak orang bergantung pada kiriman uang dari kerabat di luar negeri. Sebagian besar impor dan ekspor telah dihentikan dan pabrik-pabrik ditutup.
Bank Dunia memperkirakan PDB Myanmar akan berkontraksi 10% pada tahun 2021, kebalikan dari tren yang sebelumnya positif.
Pandemi virus Covid-19 berdampak besar pada ekonomi Myanmar yang sebenarnya telah mampu tumbuh setelah keluar dari isolasi dan kesalahan manajemen keuangan selama beberapa dekade di bawah pemerintahan militer yang lampau.
Sementara itu Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Stephane Dujarric menjelaskan apa yang akan dilakukan utusan khusus Christine Schraner Burgener di Jakarta, di mana dirinya akan menghadiri pertemuan di sela-sela KTT ASEAN terkait Myanmar.
"Dia tidak membahas pertemuan itu secara keseluruhan," kata Dujarric dalam konferensi pers.
"Dia akan berkunjung ke Jakarta saat rapat sedang berlangsung, dan memanfaatkan waktu itu untuk berdiskusi dengan berbagai pihak yang juga berada di Jakarta. Itu cara yang baik baginya untuk bisa di satu tempat bertemu banyak pemain kunci," katanya.
Dujarric mengatakan bahwa Schraner Burgener telah melakukan kontak dengan perwakilan militer Myanmar melalui email dan telepon dan akan mencoba untuk berbicara dengan mereka lagi dalam perjalanannya.