Jakarta, Gatra.com- Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyebutkan, penghapusan atau peleburan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)suatu hal yang disayangkan karena riset berguna di masa pandemi Covid-19.
Menurut Bima, riset menjadi salah satu faktor utama pemulihan ekonomi terutama di masa pandemi Covid-19. “Sekarang banyak negara yang keteteran karena riset terkait dengan medical science atau terkait dengan ilmu kesehatannya kurang,” ujar Bima dalam webinar bertajuk “Reshuffle lagi di Tengah Pandemi, Buat apa?” yang berlangsung pada hari Rabu (21/04).
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Bima, perbandingan jumlah peneliti dengan total populasi per 1 juta orang penduduk Indonesia menyimpulkan bahwa jumlah peneliti di Indonesia adalah 216 orang.
Sebanyak 216 peneliti dari total populasi per 1 juta orang penduduk menurut Bima adalah bentuk tertinggalnya Indonesia. Negara tetangga, Malayasia, memiliki 2396 peneliti per 1 juta penduduk berdasarkan data yang ia paparkan.
Bima melihat peleburan Kemenristek adalah sebuah kesalahan di saat Kemenristek bisa memacu orang untuk menjadi peneliti yang menghasilkan inovasi. “Kelihatannya ada keselahan, ya, kenapa mengorbankan kementerian riset, harusnya dananya dilipatkgandakan kemudian didukung dari segi kebijakan publik, kebijakan politik sehingga orang di indonesia ini akan berlomba-lomba untuk menjadi peneliti,” ucap Bima.
Bima juga menyebutkan bahwa ekonomi dan investasi adalah dua aspek yang bisa berjalan dengan beriringan. “Jadi antara mengalahkan riset, investasi dulu atau kemudian riset dulu, investasi nanti, sebenarnya tidak. Ini hal yang sifatnya pararel karena riset juga butuh investasi, investasi berkualitas perlu adanya riset yang bagus juga,” ujar Bima.
Peleburan Kemenristek dan Kemendikbud menjadi Kemendikbud-Ristek disepakati oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam Sidang Paripurna DPR Ke-16 masa persidangan IV pada Jumat (09/04).