Home Olahraga Di Bulan Ramadan, Atlet PBSI Hanya Makan 3-4 Kali Sehari

Di Bulan Ramadan, Atlet PBSI Hanya Makan 3-4 Kali Sehari

Jakarta, Gatra.com – Salah satu dokter gizi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dr. Vei, mengungkapkan bahwa kini para atlet yang berpuasa hanya memiliki frekuensi makan 3-4 kali saja dalam sehari di bulan Ramadan.

Ia juga mengatakan, kebutuhan harian atlet itu tidak berbeda antara bulan Ramadan dan di luar bulan suci tersebut. Namun yang berbeda ialah mungkin jadwal makannya saja.

“Kalau pada kondisi di luar bulan Ramadan kan bisa makan itu, ya tadi 6 kali ya. Nah, tapi kan dalam kondisi bulan Ramadan, berarti kan kesempatan makan tuh di sahur dan setelah berbuka. Jadi, mungkin frekuensi makannya berkisar antara bisa 3 sampe 4 kali saja,” tutur Vei, kepada wartawan secara virtual pada Rabu (21/4).

Ia juga berharap kepada para atlet yang menunaikan ibadah puasa Ramadan, dapat menahan haus laparnya serta lancar latihannya. Di samping itu, Vei menerangkan bahwa selain komposisi yang cukup, karbohidrat kompleks, protein, dan serat itu dapat memberikan efek kenyang yang lebih lama, serta energi yang dikeluarkan dapat dilepas secara perlahan.

Dengan demikian, atlet dapat memiliki energi sepanjang hari. Kemudian, cairan juga perlu dipenuhi, paling tidak 40-50% dari kebutuhan energi tersebut.

“Paling tidak bisa diperoleh dari ketika sahur, gitu loh. Nah, sisanya, nanti baru dibagi lagi ketika berbuka puasa, makan malam, sama snack malam. Mungkin itu ya,” katanya.

Dokter Paulina Toding menambahkan bahwa terutama asupan pada saat sahur itu harus diperhatikan. Pihaknya juga telah melakukan edukasi dan konseling.

“Pada saat sahur itu harus masuk tuh, misalnya komposisi karbohidrat kompleksnya harus ada. Bisa ditambahkan dengan jus buah. Nah, lalu jumlah dari asupan dari nasi, proteinnya juga harus cukup, begitu," ucapnya.

"Terutama juga cairan ya, jadi minum pada saat sahur itu. Jangan sampe mereka mepet saurnya, jadi minumnya cuma sedikit. Nah, itu nanti memengaruhi dehidrasi untuk sepanjang mereka latihan,” ujarnya.

Ia pun menerangkan bahwasanya secara umum tidak ada menu khusus saat bulan suci Ramadan. Akan tetapi, pada saat berbuka puasa tentu mereka menyediakan seperti minuman atau takjil dengan komposisinya, glukosanya, dan tetap ada protein.

“Itu pada saat mereka berbuka puasa, gitu. Kalau untuk yang makan besar, tidak ada perubahan. Kalu untuk komposisi cairan atau cairan khusus, tetap saja, nanti begitu mereka berbuka puasa, setelah itu asupan cairan yang selama ini hilang pada saat berlatih, itu harus digantikan dari sejak mereka berbuka sampe mereka tidur gitu,” kata Paulina, menjawab pertanyaan wartawan.

Sebelumnya, ujar Vei, jadwal makan para atlet secara umum adalah 4 kali. Terdapat 3 kali makan besar seperti sarapan, makan siang, dan makan malam. Sisanya mungkin ada camilan 1 kali di pagi hari.

Menurut Vei, berdasarkan hasil observasi dokter gizi PBSI dan hasil perhitungan kebutuhan kalori bagi para atlet, itu memang cukup besar, bernilai 3.000-4000 kalori per hari untuk 1 atlet.

Kedua dokter gizi tersebut melihat kecenderungan makan para atlet itu dengan cara observas di ruang makannya. Ditemukan bahwa para atlet tidak dapat makan sekaligus dalam jumlah besar di makan besarnya.

Lalu menurutnya, kalau hanya dari frekuensi 4 kali saja, itu tidak akan sampai ke target kebutuhan harian atlet. “Jadi oleh sebab itu, kami memutuskan kemarin untuk frekuensi makannya kami tambah," katanya.

Adapun tambahannya, adalah snack, yakni pada sore dan malam. "Jadi, terbagi menjadi 6 kali makan. Jadi ada 3 kali makan besar, kemudian ada 3 kali snack-nya juga, seperti itu. Sehingga bisa mencapai kebutuhan harian dari para atletnya itu,” ungkap Vei.

Paulina menambahkan, pihaknya telah melakukan edukasi terhadap atlet. Misalnya, soal besaran kalori yang mereka butuhkan. “Jadi, bukan berarti kalau ada persentase lemak yang besar, itu mereka harus diet atau menurunkan kalori. Tetapi, kalori tetap, hanya komposisinya nanti yang diperbaiki,” ujarnya.

247