Jakarta, Gatra.com – Dokter gizi dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dr. Vei dan dr. Paulina Toding, menyebut para atlet akan melakukan konseling secara pribadi. Artinya, semua atlet nantinya akan mempunyai sesi konseling individual sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. Hal itu disampaikan saat kedua dokter gizi tersebut memberikan keterangan kepada wartawan secara daring lewat Zoom pada Rabu pagi, (21/4).
“Apalagi kan ini kita punya waktu tidak banyak ya ke depan ini, ada pertandingan Singapore Open, kemudian ada Malaysia, dan Olimpiade, dan Spanyol. Jadi, memang, memang harus ketat ini ya untuk pemantauan asupannya, kemudian kan mereka juga latihan udah cukup keras. Jadi, itu tentu saja pemantauannya harus cukup ketat sih,” tutur Vei.
Sedangkan menurut Paulina, dari hasil konseling, yang para atlet butuhkan terutama sesuai latihan yaitu asupan gizi yang mengandung glukosa dan protein atau karbohidrat dengan protein. “Nah itu yang sekarang sudah kita berikan selama ini. Selain itu juga, untuk nanti adanya penambahan protein sih, gitu,” ucapnya.
Di samping itu kata Vei, bahwa mereka tak mungkin dapat mengawasi atlet 24 jam penuh semisal ada yang pulang ke rumah. Menurutnya, atlet di asrama saja mereka sulit untuk mengawasinya.
“Jadi yang penting adalah pengetahuan dari atlet itu sendiri. Itu lah kenapa kami melakukan, kita awali sih kemaren-kemaren per sektor ya. Jadi tunggal putra sudah, tunggal putri sudah, ganda campuran dan ganda putri ya yang ini. Hari ini, (21/4) kita mau ketemu ganda putra. Kita awali dengan per sektor dulu," ujarnya.
Dalam konseling itu nanti akan diberi edukasi, bagaimana seorang atlet itu harus makan, berapa banyak jumlahnya, komposisinya yang tepat seperti dan lain-lain. "Mereka harus tahu bagaimana pengaturan untuk karbohidratnya itu jenisnya, karbohidrat kompleks, karbohidrat sipleksnya seperti bagaimana, nah itu yang penting,” ungkapnya.
Ia melanjutkan,saat mereka tak bisa mengawasi, saat di luar pandangan mereka, atlet tetap tahu dan tetap bisa menjaga asupan makanannya sehari-hari. Selain itu, Paulina menambahkan, pentingnya adanya konseling serta edukasi kepada atlet adalah di mana pun mereka berada, semisal dalam keadaan tanding atau saat di karantina, mereka tetap mengetahui apa yang harus mereka pilih. Selain itu, setelah tanding pasti selalu ada karantina.
“Kalau nanti misalnya tidak ada nasi, adanya kentang, mereka tau berapa banyak sih harusnya pengganti nasi. Jadi, berapa banyak kentang nih yang setara dengan nasi yang memang mereka perlukan, begitu juga pada saat karantina, karna kan enggak ada latihan. Tentu kebutuhannya bisa agak berkurang,” katanya.
Ada pun Paulina menuturkan untuk atlet yang hobi makan camilan, bahwa sewaktu mereka melakukan pertemuan per sektor tersebut, para dokter gizi sudah menanyakan serta atlet pun bercerita dan mengakui hobi memakan camilan seperti cokelat dan biskuit. Namun, dengan diberikannya edukasi serta konseling dan mereka juga melihat hasil data pemeriksaan, diharapkan para atlet seharusnya lebih paham bahwa mereka tidak memiliki waktu yang cukup banyak, terutama yang hendak bertanding dalam perlombaan-perlombaan ke depan.
“Dan untuk yang lain juga diharapkan dengan melihat, melihat data hasil pemeriksaan, dengan konseling dengan kami, dengan edukasi, mereka tahu bahwa ternyata snack itu kelihatannya kecil, tapi kalorinya besar dan mengandung gula yang tinggi, yang sebenernya tidak pada saat malem atau cemilan itu mereka makan itu di kamar. Itu lah yang akan menjadi lemak, begitu. Jadi konseling kami sudah kami lakukan seperti itu,” imbuhnya.