Banyumas, Gatra.com – Berada di wilayah rawan guncangan gempa bumi dan bencana alam lainnya, masyarakat perlu dikenalkan dan mengaplikasikan konstruksi rumah dan bangunan tahan gempa. Dengan begitu, bangunan bakal menjadi pelindung bencana, bukannya justru mencelakakan penghuninya.
Pakar Pendidikan Kebencanaan Politeknik Banjarnegara, DR. Tuswadi mengatakan pemerintah dan lembaga terkait lainnya perlu menyiapkan bangunan rumah yang sesuai dengan konstruksi aman gempa. Termasuk perabotan-perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi gempa.
Menurutnya, berdasarkan data Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR) Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia.
Ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa jika bencana terjadi. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman gempa bumi dan tsunami.
“Tidak kalah penting penyiapan jalur evakuasi yang aman di lingkungan tempat tinggal,” katanya, Rabu (21/4).
Selain itu, literasi kebencanaan juga harus terus dibangun agar pengetahuan masyarakat semakin mendalam mengenai mitigasi bencana.
Dia menilai hingga saat ini wawasan kebencanaan masyarakat yang masih lemah.
“Masyarakat yang sudah tahu agar aktif berbagi pengetahuan dengan yang lain. Langkah-langkah kesiapan perlu dilakukan baik sebelum, saat dan setelah terjadi gempa,” jelasnya.
Tuswadi, yang juga Direktur Program Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menyebut masyarakat juga perlu menggali kearifan lokal yang berkaitan dengan upaya pengurangan risiko bencana alam.
Ia mencontohkan, budaya alat komunikasi tradisional Kentongan yang kini sudah ditinggalkan sebenarnya bagus untuk dilestarikan. Penggunaan kentongan masih efektif untuk alat komunikasi atau peringatan dini bagi masyarakat jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Mengingat sistem peringatan dini dengan teknologi canggih bisa saja tidak berfungsi seketika saat bencana besar terjadi, yang menyebabkan jaringan internet dan listrik mati.
“Kentongan penting karena tidak dipengaruhi sumber tenaga semisal listrik. Kita bisa gunakan mic atau sirine, tapi kalau listrik mati tidak fungsi. Sehingga kentongan sebagai kearifan lokal perlu dipelihara,” ujarnya.