Bantul, Gatra.com – Budayawan Emha Ainun Nadjib menyatakan suatu masjid hendaknya terbuka untuk semua umat Islam kendati berbeda pandangan. Masjid menjadi cerminan silaturahmi warga di sekitarnya.
Cak Nun, sapaannya, menyampaikan hal itu saat hadir di kenduri Masjid Kalijaga, perumahan Griya Kembang Putih, Guwosari, Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/4) malam. Masjid di tepi sungai kecil ini dibangun sekitar tiga bulan secara gotong royong dan swadaya oleh warga.
“Masjid ini jadi ya karena karepe (kehendak) Allah. Dijadikan Allah. Enggak mungkin kalau hanya dari urunan warga. Kita hanya bisa maturnuwun dan bersyukur pada Allah,” ujar Cak Nun.
Menurut Cak Nun, sebuah masjid harus terbuka untuk semua umat Islam dari berbagai pandangan, aliran, bahkan ormas. Sebab selama ini berbagai aliran itu justru ingin memonopoli Islam.
“Masjid harus terbuka, rumah rohaniah, dan menjadi rahmatan lil alamin (rahmat untuk semesta alam),” tutur Cak Nun.
Cak Nun menyayangkan fenomena infiltrasi untuk menguasai suatu masjid demi pandangan tertentu. “Masjid harus membuka diskusi dari berbagai penafsiran Islam. Pertahankan masjid untuk menyebarkan kebaikan universal,” kata pendiri majelis Maiyahan tersebut.
Sebab, menurut Cak Nun, selama ini umat Islam terjebak bahkan berselisih paham pada perbedaan-perbedaan pandangan itu. Padahal aneka perbedaan ibaratnya hanya buah dari suatu pohon besar dengan akar kuat.
“Jangankan Islam dan ideologi, sebutir kacang saja bisa menimbulkan interpretasi berbeda. Kita itu bermusuhan hanya karena buahnya. Kita semestinya harus berpegang dan memelihara akarnya,” ujarnya.
Cak Nun menyatakan salah satu wujud kebaikan universal itu adalah silaturahmi. “Kalau silaturahmi warga baik, masjid akan berkembang baik. Masjid itu buah dari kebaikan orang di kampung itu,” katanya.
Ia pun berpesan pada warga untuk menghidupkan Masjid Kalijaga melalui diskusi-diskusi kecil. Misalnya membedah suatu istilah dalam sinau titis, belajar membahas segala sesuatunya secara tepat. “Soalnya sekarang makna satu kata itu bisa melebar ke mana-mana,” ucap Cak Nun.