Jakarta, Gatra.com - Uji klinik tahap pertama Vaksin Nusantara telah dimulai. Namun, hal ini masih memunculkan pro dan kontra. Bahan baku vaksin disinyalir sebagian besar dari produk impor. Menanggapi ini, Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Andani Eka Putra membenarkan kalau bahan baku pembuatan Vaksin Nusantara masih bahan impor. Padahal seharusnya material tersebut dapat dibuat di dalam negeri.
"Kalau bicara bahan baku [Vaksin Nusantara] ini menarik. Itu harus jelas disampaikan. Ada bahan dasar utama yang tidak boleh impor contohnya rekombinan protein. Targetnya itu harusnya nggak boleh impor. Namun, saya dengar, itu juga masih barang impor," tuturnya dalam diskusi virtual, sabtu (17/4).
Kemudian, ia membandingkan dengan riset Vaksin Merah Putih yang protein rekombinannya dapat diprakarsai Indonesia. Meskipun ada sebagian bahan yang berasal dari luar negeri. Upaya ini membuktikan tim peneliti memperhatikan konteks kemandirian vaksin dalam negeri.
Sedangkan dalam konteks keamanannya, Andani menyebut belum bisa memastikan karena belum mendapatkan laporan pra uji klinisnya. Untuk membuktikan vaksin itu tidak berisiko buruk bagi kesehatan penerimanya, diperlukan proses dan evaluasi.
"Saya tidak bisa bicara ke tahap-tahap yang lain ya. Tapi, yang ingin saya sampaikan vaksin ini unik, menarik, dan belum banyak dikembangkan di dunia," pungkasnya.
Seperti diketahui, saat ini Indonesia tengah menjalankan program vaksinasi. Namun, pasokan vaksin mulai berkurang akibat dampak embargo vaksin di beberapa negara. Vaksin dalam negeri menjadi alternatif guna memperlancar imunisasi COVID-19. Diharapkan, kasus positif virus corona mulai berkurang dan pandemi segera berakhir.