Jakarta, Gatra.com – Duta Besar Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia, Uskup Agung Piero Pioppo, mengungkapkan bahwa untuk menghalau intoleransi yang menjangkiti masyarakat, anak muda Indonesia wajib menerapkan tiga formasi. Ketiga formasi tersebut adalah kebenaran, kasih sayang, dan konsistensi.
“Untuk melakukannya, berdasarkan keyakinan sederhana saya, tiga jenis formasi dibutuhkan,” ujar Piero dalam acara webinar bertajuk “Youth and Religious Intolerance in Digital Era” yang digelar pada Jumat (16/4).
Untuk formasi kebenaran, lanjut Piero, anak muda harus terus diajak untuk mencari tahu lebih banyak tentang kekayaan ajaran-ajaran spiritual dari agama-agama terkait.
“Kebenaran ini harus bisa memuliakan dan menghargai manusia karena Tuhan yang sejati adalah Dia yang menghasratkan kebahagiaan kita, bukan penghancuran kita,” ujar Piero.
Dengan formasi kebenaran ini, Piero berharap, anak muda Indonesia akan mampu mencapai kejernihan pikiran yang tidak mudah digoyahkan atau disesatkan oleh provokasi, kesalahpahaman, atau emosi. “Kedua, formasi kedua, formasi kasih sayang,” ujarnya.
Piero menilai bahwa perilaku penuh kasih sayang bisa meredam arogansi atas nama agama. "Koersi, kekerasan, tidak akan mampu menyentuh hati orang lain. Akan tetapi, aksi-aksi penuh cinta bisa, bahkan lewat cara yang kecil dan sederhana,” ucapnya.
Kemudian formasi yang ketiga, adalah konsistensi. Piero menyebut bahwa formasi ini tak hanya dibutuhkan oleh anak muda, tapi juga para pemuka agama. Yang dimaksud dengan konsistensi di sini, adalah keselarasan antara kehidupan di dunia nyata dan maya.
“Kehidupan digital harus merefleksikan dengan tepat kehidupan nyata. Hanya dengan cara ini, saya pikir, bukan hanya anak muda, tapi kita semua, akan mampu menjadi saksi kredibel dan juru kampanye kedamaian dan toleransi,” ucapnya.