Jakarta, Gatra.com – Duta Besar Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia, Uskup Agung Piero Pioppo, mengungkapkan bahwa di tengah-tengah maraknya perilaku intoleran, anak muda Indonesia harus didorong untuk membangun jembatan persahabatan antar-kelompok agama.
“Dalam situasi [penuh intoleransi] seperti ini, anak muda diajak untuk menjadi protagonis demi masa depan mereka, membangun jembatan persahabatan, untuk menjangkau orang-orang yang berbeda agama, untuk mengampanyekan kedamaian dan kerja sama,” ujar Piero dalam acara webinar bertajuk “Youth and Religious Intolerance in Digital Era” yang digelar Jumat pada (16/4).
Piero sangat menyayangkan bahwa intoleransi dan kekerasan menjadi penghalang bagi anak muda Indonesia untuk mencapai masa depan yang cerah. Padahal, menurutnya, saat ini anak muda Indonesia sedang berjalan ke arah stabilitas yang lebih baik dalam beberapa aspek kehidupannya, seperti ekonomi, hubungan sosial satu sama lain, dan karier.
Dalam pandangan Piero, anak muda Indonesia punya mimpi untuk menjadi hebat di banyak bidang yang menuntut kompetensi agar bisa berkontribusi lebih baik untuk perbaikan masyarakat.
Hanya saja, menurut Piero, hasrat untuk menjadi hebat di masa depan itu tidak diiringi oleh komitmen untuk membangun dasar yang unggul, kuat, dan sejati. Dasar yang dimaksud adalah fondasi tradisi agama mereka masing-masing.
Selain itu, Piero juga menyoroti apa yang kerap terjadi pada generasi milenial di media sosial terkait intoleransi dan kekerasan atas nama agama.
“Di media sosial, terkadang orang-orang tertentu bisa mengatakan apapun yang mereka mau tentang agama, bahkan dengan cara yang ngotot dan ofensif sehingga kemudian membuat pemeluk agama lain merasa rendah diri mengenai keyakinan-keyakinan mereka dan melemahkan kepercayaan mereka,” ujar Piero.
“Sebagai tambahan, ujaran kebencian, hoaks, beredar dengan mudah di internet sehingga perilaku ini bisa membawa orang lain kepada kesalahan, bahkan kekerasan atau intoleransi,” ucapnya.
Oleh karena itu, ia menganggap bahwa anak muda Indonesia patut didorong dan didukung untuk menjadi arsitek jembatan persahabatan dalam menghalau berbagai perilaku intoleransi dan kekerasan atas nama agama ini, terutama melalui media sosial.