Banyumas, Gatra.com – Ahli Geologi Struktur Patahan dari Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Dr. Asmoro Widagdo, meminta masyarakat mewaspadai dampak pascagempa Malang. Gempa, termasuk gempa di Malang merupakan pelepasan tegangan untuk menuju kepada kestabilan lempeng batuan di bawah Pulau Jawa bagian timur.
Melalui gempa ini, kawasan sekitar jalur patahan dan lempeng Jawa bagian timur menjadi lebih aman hingga beberapa saat ke depan. Akan tetapi, bagian lain di selatan Pulau Jawa kemungkinan akan menyesuaikan dengan kondisi normal baru yang terjadi pascagempa ini.
“Sehingga patut di waspadai jalur-jalur gempa di Jawa bagian tengah, bagian barat dan jalur gempa di Bali dan Nusa Tenggara," katanya.
Dia menjelaskan, gempa lempeng batuan selatan Jawa Ini akan disusul dengan gempa-gempa penyesuaian di jalur gempa di Jawa bagian tengah, bagian barat dan jalur gempa di Bali dan Nusa Tenggara. Sebab, wilayah patah di jalur gempa membutuhkan penyesuaian setelah terjadi pelepasan energi di satu titik.
“Melalui gempa ini, kawasan sekitar jalur patahan dan lempeng Jawa bagian timur menjadi lebih aman hingga beberapa saat ke depan, pastinya. Bagian lain di selatan Pulau Jawa, kemungkinan akan menyesuaikan dengan kondisi normal baru yang terjadi pascagempa ini,” ujarnya.
Karena itu, dia meminta agar segenap pihak, mulai dari pemerintah, NGO, masyarakat melakukan mitigasi gempa. Misalnya, dengan bangunan tahan gempa. Sebab, gempa tersebut akan terus berulang di masa depan, sebagaimana gempa saat ini yang juga terjadi di masa lampau.
Asmoro Widagdo menanbahkan, gempa bumi di Samudera Hindia sebelah selatan Malang merupakan proses pelepasan stress atau tekanan yang dialami batuan di bawah laut akibat desakan batuan samudera Hindia ke bawah Pulau Jawa.
Proses pelepasan tekanan gaya ini merupakan hal yang telah terjadi sepanjang masa prasejarah-sejarah dan masih akan selalu terjadi di masa mendatang. Hal ini perlu disikapi dengan kesiapan sebagai penghuni kawasan bencana.