Karanganyar, Gatra.com - Panen buah Melon di desa Jati, Jaten, Karanganyar mengobati kecewa Riman. Petani berusia 51 tahun ini sukses menanam dan mengelola tanaman melon sehingga menghasilkan panen yang menguntungkan. Kini padi bukan lagi prioritas untuk ditanam di lahannya. Komoditas buah-buahan terlihat lebih menjanjikan.
"Bisa dibilang, dua tahun ini pagebluk karena serangan tikus. Banyak yang rugi karena hasil panen padi rusak dan tidak bisa diselamatkan. Saya memutuskan menanam melon. Kebetulan ada ajakan dari mitra perusahaan dari Jakarta. Mereka memberi modal bibit dan obat hama. Nanti panennya diangkut dengan harga pantas," kata Riman kepada Gatra.com di ladangnya.
Jenis melon yang ditanamnya adalah varietas gordes, sakata dan lioni. Awal tanam sampai panen membutuhkan waktu 65 hari. Dari tiga varietas itu, lioni yang paling cocok ditanam di ladangnya. Varietas Bordes ternyata juga kurang cocok. Buah yang masak, kebanyakan pecah. Pria yang menjabat perangkat Desa Jati itu bercocok tanam di tanah kas desa berukuran 2.500 meter persegi.
Dibutuhkan perawatanyang tidak sederhana selama masa tumbuh kembang tanaman. Diawali seleksi per batang, kemudian dilanjutkan pengawasan rutin untuk mencegah penyakit tanaman menyebar serta memasang penembak jitu untuk menghalau hewan pengerat.
Usahanya selama dua bulan bercocok tanam tidak sia-sia. Ia berhasil memanen 5,1 ton melon kualitas super atau ukuran ekstra dan 1,5 ton kelas pasar lokal. Sisanya, ia bagikan ke para tetangga.
Dikatakannya, panen melon mengobati kekecewaannya.
"Kalau tanam padi, harus tunggu empat bulan sampai panen. Kalau melon hanya dua bulan. Lagipula hasilnya lebih menguntungkan melon," katanya.
Ia mengeluarkan modal bercocok tanam sekitar Rp40 juta. Hasil penjualan yang didapatkan sekitar Rp60 juta.
"Satu batang tanaman biayanya Rp10 ribu. Untuk melon super Rp10 ribu perkilo. Sedangkan yang kelas B untuk pasar lokal Rp4.500 perkilo," katanya.
Saat panen pada Jumat (9/4) lalu, perusahaan mitranya melakukan penyortiran ukuran, rasa dan kadar air. Hanya yang lolos kriteria yang diangkut ke Ibu Kota.
Dikatakannya, belum banyak petani mengambil kesempatan mengubah komoditas tanam. Kebanyakan masih menanam padi meski risiko gagal panen cukup tinggi. Setelah mengetahui kesuksesan Riman, beberapa petani berniat mengikuti. Bahkan ada yang mulai menanam. Lainnya juga mengganti padi dengan bawang merah.
Lebih lanjut dikatakannya, panen bertepatan ramadan menjadi berkah tersendiri. Melon kualitas B yang biasanya dijual di pasar tradisional, dihargai tinggi.
"Sebenarnya tidak sengaja panennya bertepatan mau Ramadan. Kalau sekarang, permintaan melon memang tinggi," katanya.
Masih bekerjasama dengan mitra perusahaan di Jakarta, ia akan menanam semangka di musim selanjutnya. Masa tanam sama, yakni 65 hari.