Jakarta, Gatra.com - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Hanif Muhammad mengingatkan agar rencana pembangunan Bukit Algoritma yang berusaha meniru Sillicon Valley sebagai pusat Inovasi di Amerika Serikat tidak berujung gagal dan mangkrak.
Hal tersebut disampaikan Hanif dalam diskusi daring yang diadakan oleh Indef, Kamis (15/4). Hanif menjelaskan banyak negara berupaya untuk menduplikasi Sillicon Valley namun berakhir gagal.
"Bisa cari di Google itu, keywordnya Sillicon Somewhere. Yaitu, orang coba mendirikan Sillicon Valley di suatu tempat, di banyak negara yang banyak pada akhirnya berujung pada stranded asset atau aset-aset yang mangkrak," ujar Hanif.
Lebih lanjut, Hanif mengatakan proyek besar seperti Bukit Algoritma harus diperhitungkan secara matang dan hati-hati. Jika tidak, Hanif mengatakan Bukit Algoritma bukan hanya gimmick semata seperti yang dilontarkan Ridwan Kamil beberapa waktu lalu.
"Kenapa kita perlu mengkritisi hal ini? karena bagaimanapun proyek-proyek seperti ini harus dilakukan dengan langkah-langkah yang jelas bukan langkah yang kalau kata Ridwan Kami dalam beberapa hari lalu, gimik bentuknya," ucap Hanif
Hanif menerangkan perencanaan harus dibuat sangat teliti agar dana pemerintah menjadi tepat serapannya. Pasalnya, menurut Hanif, tidak mungkin Bukit Algoritma dibangun tanpa melibatkan pemerintah seperti disampaikan oleh politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko yang mengatakan proyek tersebut merupakan andil swasta.
"Sehingga, dampaknya adalah anggaran tidak tepat sasaran serapannya karena bagaimana pun, secara konsep, sebenarnya pembangunan bukit algoritma yang direncanakan ini, tidak mungkin tidak melibatkan pemerintah," tutur Hanif.