Home Gaya Hidup Umat Lain Ikut Galungan di Candi Ceto Wujud Sebuah Toleransi

Umat Lain Ikut Galungan di Candi Ceto Wujud Sebuah Toleransi

Karanganyar, Gatra.com- Nuansa toleransi terlihat saat hadirnya umat non Hindu di perayaan Galungan di Candi Ceto Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (14/4). Galungan, bagi masyarakat setempat, sudah menjadi kegiatan rutin tanpa memandang latar belakang agama.

"Mayoritas di sini Hindu. Kegiatan keagamaan memang dipusatkan di Candi Ceto. Namun, ini bukan milik umat Hindu saja. Segala aktivitasnya sudah turun temurun. Semua ikut nyengkuyung meski beberapa sudah memeluk agama Islam maupun nasrani," kata Ketua Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Kabupaten Karanganyar, Teguh Pambudi kepada wartawan.

Puncak upacara Galungan di wilayah tersebut berlangsung di Candi Ceto pada hari ini pukul 08.00 WIB-11.00 WIB. Sekitar 100 orang mengikuti upacara yang dipimpin Mangku Saraswati dan Mangku Gedhe Mahardika Candi Ceto. Ternyata, tak hanya umat Hindu saja yang mengikuti upacara keagamaan itu.

Warga sekitar yang merasa upacara itu bagian dari budaya setempat, ikut menghadiri meski mereka Muslim dan Nasrani. Bahkan ikut membawa persembahan atau sesajen berupa ingkung ayam dan tumpengan. Makanan itu dimasak sehari sebelumnya. Tiap keluarga menyuguhkan satu. Makanan yang sudah dikemas kain bermotif warna mencolok itu diletakkan di pelataran Candi Ceto.

Sedangkan  umat Hindu duduk bersila di belakangnya sambil mengikuti prosesi. "Upacara Galungan ini dimaknai sebagai kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), dimana perayaannya diisi puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)," katanya.

Usai upacara selesai, umat Hindu tidak langsung nglungsur sesaji atau menyantapnya di lokasi. Guna menghormati umat Islam yang sedang menjalankan puasa Ramadan, mereka membawanya pulang ke rumah.

Dalam doanya, upacara yang berlangsung di Candi Ceto ini bisa tetap lestari. Sebab, pemerintah sempat melarabg upacara di tempat religius tersebut pada tahun lalu karena pandemi Covid-19. Sebagai gantinya, umat Hindu berkumpul di rumah salah satu tetua adat untuk melangsungkan upacaranya.

Sedangkan kali ini, meski diperbolehkan di Candi Ceto, namun panitia mengimbau peserta upacara Galungan patuh protokol kesehatan, terutama mengenakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Panitia juga menyediakan masker bagi mereka yang tidak membawanya. Ini demi mencegah penularan Covid-19.

"Panitia tidak mengundang. Tapi yang datang, tidak dilarang. Ada umat Hindu dari Karangpandan juga datang. Pengunjung candi jika mau bergabung, silakan," katanya.

3044