Mataram, Gatra.com - Memasuki bulan Ramadhan 1442 H Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Nusa Tenggara Barat memantau terjadinya pergerakan harga terhadap 11 komoditas bahan pokok. Namun kenaikan itu tidak sesignifikan komoditi cabe dan kedelai yang kenaikan harganya cukup signifikan. Komoditi lainnya di luar cabe dan kedelai ini kenaikannya berkisar antara 5-10 persen. Kenaikan berbagai komoditi pertanian tersebut lebih disebabkan karena adanya event-event tertentu seperti puasa dan menjelanglebaran.
“Ke depan TPID hendaknya mencarikan solusinya karena memang setiap kegiatan atau hari besar keagamaan selalu diiringi dengan kenaikan harga terhadap komoditi tertentu walaupun ketersediaan komoditas dimaksud selalu ada di lapangan,” kata Kepala Dinas Perdagangan provinsi NTB, H. Fathurrahman di Mataram, Rabu (14/4).
Fathurrahman menambahkan, TPID NTB ke depannya akan lebih berkonsentrasi pada pengendalian dan stabilitasi pada bahan komoditi pangan yang kerap kali dikeluhkan harganya cukup tinggi dan sangat dibutuhkan seperti cabe dan kedelai.
“Komoditi seperti cabe, kedelai, beras dan lainnya ke depan akan didorong agar pengendalian harganya bisa diselesaikan untuk tahun-tahun berikutnya. Misalnya seperti dari Dinas Pertanian yang secara teknis akan melakukan upaya seperti apa agar ketersediaan bahan pangan ini tetap ada atau tidak langka di pasaran, sehingga harganya juga bisa terjangkau oleh masyarakat,” tukas mantan Asisten II Setdaprov NTB ini.
Fathurrahman tidak mempersoalkan harga bahan pokok lainnya, karena kenaikannya tidak terlalu signifikan. Ia menyebut gula pasir harganya di tingkat pengecer tidak lebih dari Rp12.500 per kg, termasuk tepung, minyak goreng dan lainnya terpantau masih stabil.