Pekalongan, Gatra.com - Warga Kota Pekalongan, Jawa Tengah diminta mewaspadai merebaknya penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya di masa peralihan cuaca. Penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk itu merenggut lima nyawa pada tahun lalu.
Epidemolog Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, Opick Taufik mengatakan, pada masa peralihan cuaca dari musim hujan ke kemarau rawan terjadi peningkatan populasi nyamuk karena tempat perkembangbiakan dan pertumbuhan larva nyamuk lebih banyak tersedia.
"Kondisi ini rawan menimbulkan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti yaitu demam chikungunya dan DBD. Ini harus diwaspadai masyarakat," kata Opick, Rabu (14/4).
Opick menjelaskan, gejala yang muncul ketika seseorang terindikasi terkena DBD dan chikungunya berupa sakit kepala, demam, nyeri otot, sendi membengkak, dan ruam.
“Penyakit chikungunya penyebabnya sama dengan DBD yakni karena gigitan nyamuk aedes aegypti yang berkembangbiak di genangan air jernih seperti air sisa hujan, hanya saja virus yang dibawa berbeda,” jelasnya.
Menurut Opick, pihaknya sudah mendapat laporan adanya satu kasus chikungunya di Kelurahan Sokoduwet, Kecamatan Pekalongan Selatan. Sedangkan DBD sudah ada enam kasus yang muncul.
"Untuk kasus DBD tahun ini masih rendah. Tahun 2020 lalu kasusnya ada 85 orang dan lima di antaranya meninggal dunia," ungkapnya.
Opick mengatakan, Dinas Kesehatan sudah melakukan fogging massal pada 25 Maret-11 April 2021 di 10 kelurahan endemis untuk mencegah merebaknya DBD dan chikungunya. Selain itu, upaya lainnya yakni dengan mengerahkan petugas jumantik.
"Petugas jumantik kami rutin memeriksa secara berkala dan melakukan pelacakan yang terjangkit. Kami juga berharap masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dengan rajin melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus,” ujarnya.