Jakarta, Gatra.com – Menteri Riset dan Teknologi (Kemenristek) / Kepala BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) Bambang Brodjonegoro menyebut bahwa tampaknya sudah saatnya Indonesia dapat menemukan vaksin COVID-19 dari banyak bahan herbal guna bertahan terhadap serangan virus tersebut.
“Meskipun kita sudah coba mengembangkan beberapa bahan ya dari kayu putih, jahe, virgin coconut oil, tetapi tetap ada kebutuhan untuk mengetahui mana yang kira-kira paling kuat bisa mempertahankan daya tahan tubuh kita terhadap COVID-19,” katanya dalam workshop virtual yang diselenggarakan Badan POM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada Selasa siang (13/4).
Bambang mengatakan virus tersebut merupakan penyakit menular yang dapat terjangkit lewat droplet atau cipratan liur yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, bahkan berbicara. Kemenristek juga membuat bagian khusus untuk testing dan screening.
“Untuk testing, misalkan PCR test kit, sedangkan untuk screening, kita juga mengembangkan misalkan rapid test antibodi di awal, kemudian rapid test antigen, sampai akhirnya kita menghasilkan GeNose ya. GeNose yang kita harapkan bisa membantu upaya screening ya, sehingga mencegah penyebaran di tempat-tempat tertentu, terutama lalu lintas manusianya,” ucapnya.
Bambang juga mendorong inovasi atau dapat ditemukannya alat kesehatan. Baik yang berfungsi membantu penanganan pasien seperti ventilator vent-1, maupun alat kesehatan yang digunakan sebagai testing seperti Mobile Lab BSL-2 dan juga alat kesehatan pendukung seperti robot yang bertujuan mengurangi resiko pada tenaga kesehatan.
“Maupun alat yang berguna untuk membersihkan udara di sekitar kita ya, baik dalam bentuk, Autonomous UVC Robot maupun proses otorisasi,” katanya.
Bambang menambahkan Kemenristek BRIN juga mendorong dilahirkannya obat dan terapi yang mungkin cocok untuk melawan COVID-19.
“Untuk obat, memang belum ada sesuatu yang barang kali clear atau yang jelas. Tetapi untuk terapi, paling tidak kita sudah makin paham mengenai plasma Convalescent (Convalescent plasma),” ungkapnya.
Dikatakan bahwa hasil dari penelitian itu menunjukkan donor yang terbaik adalah dari penyintas sedang ke berat. Sedangkan, penerima yang terbaik itu adalah pada pasien yang kategori ringan ke sedang.
“Nah, di situlah plasma konvalesen kita harapkan bisa mengurangi tingkat kematian,” kata Bambang.
Selain itu, lanjut Bambang, juga ada Mesenchymal Stem Cell, yang diperkirakan juga dapat mengurangi resiko kematian pada pasien yang memiliki kategori berat.
Di samping itu, Indonesia akhirnya harus mengembangkan riset mengenai vaksin COVID-19 sendiri. Di mana, saat ini telah ada beberapa produsen luar negeri dari perusahaan farmasi terbesar yang menghasilkan vaksin COVID-19 dan juga sudah didistribusikan serta dijual ke belahan dunia. Seperti Pfizer, AstraZeneca, Sinovac, hingga Gamalea di Rusia.
“Indonesia sebagai negara dengan penduduk 270 juta dan kita juga punya berbagai penyakit menular lain, selain COVID-19, terutama karena kondisi kita sebagai negara tropis, mau tidak mau perlu kemandirian soal vaksin. Vksin apapun termasuk vaksin COVID-19 menjadi penting,” kata Bambang.