Home Kebencanaan Perlu Edukasi & Sosialisasi soal Kasus 52 Paus Pilot

Perlu Edukasi & Sosialisasi soal Kasus 52 Paus Pilot

Jakarta, Gatra.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Ruang Laut, Dr. Tb. Haeru Rahayu, A.Pi., M.Sc, mengatakan bahwa ternyata masyarakat masih banyak yang belum tahu yang harus dilakukan saat dihadapkan pada kasus terdamparnya puluhan paus yang bersifat massal. Perlu edukasi serta sosialisasi agar masyarakat tahu yang harus dikerjakan. 

Haeru menyampaikan keterangan tersebut dalam jumpa pers terkait penyampaian hasil investigasi terdamparnya 52 paus pilot sirip pendek di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Konferensi pers digelar di Media Center Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Senin (12/4).

Haeru melanjutkan, bahwasanya paus pilot ini memiliki ikatan sosial yang sangat tinggi. Sehingga, jika pimpinannya melangkah ke kanan, maka pasukan yang lainnya juga ikut ke kanan meskipun itu salah arah. "Ini yang menarik buat kita semua, teman-teman, sehingga kami nanti akan melakukan langkah-langkah konkret," katanya. 

Ia mencontohkan, semisal paus tersebut mempunyai disorientasi disebabkan terdapat kelainan di melon atau di sensornya. "Sehingga, koloni pemimpinnya itu salah arah atau disorientasi, diikuti oleh yang lain. Yang lainnya itu kemudian ya karena dehidrasi, karena kelelahan dan seterusnya sehingga mati massal," ungkap Haeru. 

Ia pun menyebut bahwa sepanjang migrasi ini ditemukan adanya indikasi, yakni sel telurnya telah dibuahi. Artinya, itu dijadikan zona atau wilayah untuk breeding atau perkembangbiakan. "Nah, kalau kita sudah menemukan bukti-bukti scientific seperti ini, maka kami akan melakukan langkah-langkah konkret," ujar Haeru. 

Dalam waktu dekat, kata Haeru, pihaknya akan mengundang semua pakar terkait dengan paus untuk membicarakan semua ini. Sehingga, pemerintah tak salah melakukan kebijakan-kebijakan. "Harapannya ke depan, kita bisa menekan tingkat terdamparnya paus seperti ini," ujarnya. 

Di samping itu, ia menerangkan bahwa Indikator Kesehatan Laut Indonesia (IKLI) masih jauh dari angka yang diharapkan. Standarnya adalah 100, dan kini Indonesia masih berada di sekitar angka 65. Haeru menambahkan, di wilayah perairan Bali bahkan lebih menyedihkan. Angkanya itu baru mencapai 51. 

"Artinya, kalau kita kuliah ini, kita masih remedial begitu. Ini harapannya kita ke depan," ucapnya.

Kasus terdampar dan matinya paus pilot secara massal, menjadi pemantik semua pihak untuk melakukan suatu terobosan supaya secara umum IKLI meningkat dan kasus-kasus seperti ini tidak akan terulang kembali.

127