Jakarta, Gatra.com – Pesawat tempur TNI AU, F-16 Fighting Falcon hampir terlibat konfrontasi dengan 6 KRI di Perairan Selat Gelasa, Bangka Belitung, Kepulauan Riau pada Senin (12/4).
Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon siap menembakkan rudal antikapal permukaan. Alarm KRI Bung Tomo-357 yang menjadi kapal koordinator peperangan, mengirimkan sinyal bahaya serangan udara.
Alarm itu terdengar di semua kapal perang yang dekat dengan KRI Bung Tomo-367, yakni KRI Pattimura-371, KRI Teuku Umar-385, KRI Teluk Ende-517, KRI Teluk Sibolga-536, dan KRI Teluk Cirebon-543.
Selain alarm, mereka juga menerima informasi kontak udara tidak dikenal dari radar KRI Bung Tomo-357. Seluruh prajurit dari semua kapal perang di atas sigap menempati pos tempur masing-masing. Seluruh laras senjata, baik manual maupun otomatis tertuju pada arah datangnya ancaman dan siap memuntahkan amonisi untuk menghancurkan serangan udara lawan.
Demikian salah satu simulasi serial Serangan Udara Langsung (SUL) terhadap kekuatan Armada Laut atau kekuatan udara lawan yang mengancam konvoi Kogasgabfib dalam latihan di perairan tersebut.
Pesawat tempur TNI AU, F-16 Fighting Falcon hadir dalam latihan yang digelar TNI AL. Kehadiran pesawat tempur tersebut di tengah formasi unsur-unsur Kogasgabfib menjadikan latihan operasi pendaratan amfibi mendekati riil.
Kahadiran pesawat tempur tersebut bak latihan gabungan sesungguhnya antara TNI AL dan TNI AU. Awalnya, latihan dimulai dengan skenario atau serial Air Joining Procedure (AJP) untuk mengidentifikasi pesawat kawan atau lawan.
Unsur-unsur F-16 TNI AU ini terbang mendekati konvoi untuk memberikan Bantuan Tembakan Udara (BTU). Dalam serial BTU, KRI Bung Tomo-357 sebagai koordinator peperangan melaksanakan komunikasi dengan pesawat tempur TNI AU F-16 dari skuadron 6 Pekanbaru. Komunikasi yang terjalin antara keduannya merupakan bukti interoperability TNI AL dengan TNI AU dalam operasi gabungan TNI.
Radar udara KRI Bung Tomo-357 mendeteksi adanya dua pesawat udara mendekati konvoi dari baringan atau sudut pendekatan yang telah ditentukan sebagai pengenal bahwa pesawat tersebut adalah pesawat tempur kawan, selain metode identifikasi kawan atau lawan menggunakan komunikasi dan sandi gerakan atau maneuver terbang.
Panglima Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib), Laksamana Pertama TNI Dato Rusman, dalam keterangan tertulis, mengatakan, ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk melatih kemampuan profesionalisme prajurit dalam menghadapi ancaman serangan udara.
"Selain itu, untuk menguji interoperability system sensor dan komunikasi kedua matra udara dan laut dapat terjalin," katanya.
Sejalan dengan kebijakan pemimpin TNI AL yang merupakan salah satu dari 9 program prioritas Kepala Staf Angkatan Laut TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono, dalam membangun SDM yang unggul.
Adapun tujuan dilaksanakannya latihan operasi pendaratan amfibi Koarmada I yang telah berlangsung sejak tanggal 5 April 2021 lalu ini, untuk meningkatkan profesionalisme dan mengasah naluri tempur prajurit matra laut serta menguji kesiapsiagaan material tempur TNI AL, baik kapal perang, pesawat udara, dan kendaraan tempur Marinir TNI AL.