Home Milenial Mau Jadi Wartawan, Tanggalkan Baju yang Lain

Mau Jadi Wartawan, Tanggalkan Baju yang Lain

Semarang, Gatra.com- Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Amir Mahmud menegaskan, jika berkeinginan menjadi seorang wartawan harus siap menanggalkan baju yang lain.
 
Baju-baju yang harus ditanggalkan dan dihindari, menurut Amir adalah baju-baju yang memberi citra wartawan menjadi kurang baik.
 
"Jika memilih profesi wartawan, siapkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan pandangan untuk menjadi wartawan yang bermartabat," kata Amir Mahmud saat mengisi acara orientasi wartawan Forum Wartawan Lokal Jateng (FWLJ) dengan PWI Jateng di ruang Lokakrida Gedung Moch Ikhsan Lantai 8 Balaikota Semarang, Sabtu (10/4).
 
Pria asal Pati ini membeberkan, di Pati dia banyak bergaul dengan wartawan-wartawan yang enggan berbaur dengan wartawan yang lain, karena dinilai sebagai wartawan bodrek. Namun, saat dia kembali mendapat amanah memimpin PWI Jateng periode ke dua, wartawan-wartawan tersebut menemuinya. 
 
"Mereka memberikan ucapan selamat atas terpilihnya saya dengan mengatakan, wartawan-wartawan bodrek mengucapkan selamat atas kembali terpilihnya bapak diperiode ke dua," kata Amir.
 
"Saya menangis mendengar itu. Tapi saya juga minta konsekuensi dengan mengajak membangun citra wartawan dengan citra yang baik," imbuhnya.
 
Amir mengungkapkan, jika menjadi wartawan namun tidak bisa membangun citra baik. Jauh dari profesionalitas, maka jangan salahkan masyarakat, seandainya mereka menilai miring.
 
"Ayo kita ubah citra buruk itu. Stigma wartawan bodrek itu sebenarnya tidak ada jika kita bekerja profesional," tandasnya.
 
Ajakan kepada wartawan untuk menjaga profesionalitas dalam bekerja, lanjutnya, kerap diserukan dalam setiap kesempatan.
 
Ia menilai, profesionalitas wartawan tidak akan terbentuk jika tidak dibekali dengan sebuah orientasi kewartawanan. 
 
Parameter profesionalitas seorang wartawan, menurutnya, bisa terbentuk jika seseorang mampu memadukan dan membuat seirama kemampuannya dengan kemauan untuk mengeksplorasi hati nurani. Yang artinya mau mematuhi kode etik jurnalistik.
 
"Jangan hanya karena bisa menulis terus menganggap dirinya jagoan. Tidak cukup dengan itu," terangnya.
 
Sementara itu, Ketua Panitia Orientasi, Absa berharap, setelah mendapatkan ilmu dari orientasi yang digelar, para wartawan FWLJ dapat menjadi sekoci dari kapal besarnya PWI Jateng untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran peningkatan kualitas SDM.
 
Dikatakan, selama  proses pendaftaran, dari 68 peserta dari berbagai media cetak dan online yang mendaftarkan diri, setelah melalui tahapan seleksi, akhirnya tercatat 43 peserta yang terseleksi hadir dalam pelaksanaan Orientasi Kewartawanan ini.
 
"Setelah mengikuti Orientasi Kewartawanan dan menerima sertifikat dan kartu PWI Muda, saya harapkan kepada semua peserta untuk selalu berkoordinasi dengan pengurus PWI di daerah masing-masing, agar jangan sampai terjadi Miss komunikasi dengan pengurus PWI yang sudah ada," ujarnya.
 
605