Makassar, Gatra.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengajak para mahasiswa di Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk bisa menginovasikan sumberdaya alam (SDA) khas Sulsel yakni Coklat dan Nikel, agar menjadi barang yang mempunyai suatu nilai tambah.
Hal ini disampaikan Bambang kala memberikan orasi ilmiah di Wisuda Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan, Sabtu (10/4). Dirinya berujar, penambahan nilai pada produk SDA ini yang nantinya akan membawa Indonesia menuju negara maju dengan bertumpu pada ekonomi berbasis inovasi.
"Kalau kita hanya bicara SDA, maka ketika lulus kuliah nanti, maka jangan menggunakan cR berpikir ekonomi SDA. Misalnya anda menjadi pengusaha dalam perkebunan kakao, ketika berbuah, biji kakao langsung dijual. mungkin anda bangga bisa jual ke LN, bisa ekspor. tapi itu adalah pendekatan masa lalu, yang tidak menguntungkan Indonesia sama sekali. karena hanya kita panen, lalu kita jual," tutur Bambang.
Menurut Bambang, proses nilai tambah harus menjadi dasar dari inovasi dan jadi pola pikir Indonesia ke depan. Perubahan mindset ini, diakui Menristek tentunya bukan perkara mudah.
"Basis inovasi index Indonesia cuma 85 di dunia, lebih rendah dari negara di ASEAN, apalagi dengan negara seperti Korea dan Jerman yang terkenal inovasinya. Ini tentunya hal yang harus di kejar," tuturnya.
Sebelumnya, Menristek sekaligus mengumumkan bahwa kunjungan daerahnya ke kota Makassar, Sulawesi Selatan kali ini menjadi kunjungan terakhirnya sebagai Menristek. Hal ini dikarenakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Jadi, ngga ada lagi Kemenristek dan ngga ada lagi kunjungan dari Kemenristek. Entah kenapa, karena agenda ini sudah di susun jauh-jauh hari. Kok entah kenapa Sulsel juga yang menjadi tempat kunjungan saya di akhir," pungkasnya.