Jakarta, Gatra.com - Keadaan Myanmar pasca kudeta pada awal Februari lalu semakin parah. Bahkan, kondisi Myanmar saat ini dapat disamakan seperti perang.
Kenyataan itu disampaikan jurnalis senior Myanmar, Swe Win dalam sebuah webinar membahas kondisi negaranya tersebut.
Masyarakat Myaanmar di kota-kota besar mulai pindah ke desa agar dapat menghindar konflik dengan militer.
"Banyak yang hidup dalam ketakutan dan orang meninggalkan kota-kota besar. Seperti sedang terjadi perang besar," ujar Swe, Jumat (9/4).
Swe menyebut keadaan di Myanmar sangat mencekam, aksi penembakan kepada masyarakat sipil terjadi setiap saat. Para penembak jitu atau sniper bahkan juga disebut menembaki masyarakat sipil.
"Tidak ada satu hari yang berlalu tanpa terjadinya penembakan atau pembunuhan. Setiap 18 menit ada orang yang ditembak meninggal," ucap Swe
"25 persen dilakukan di jantung oleh sniper kekerasan tidak pernah terjadi sebelumnya," katanya.
Tak hanya itu, masyarakat Myanmar juga sulit mendapatkan akses internet karena dibatasi. Media sosial juga tak luput dari pengekangan. Sehingga, masyarakat sulit untuk berkomunikasi.
"Rezim militer mulai memblokir sosial media, facebook dan twitter. lalu memblokir data mobile atau semua jenis internet. Membloker segala jenis layanan wifi. Internet hanya bisa diakses melalui broadband, itu pun terbatas," katanya.