Home Gaya Hidup Klasterisasi Singkong Jarak Towo Dukung Industri Pariwisata

Klasterisasi Singkong Jarak Towo Dukung Industri Pariwisata

Karanganyar, Gatra.com- Klasterisasi produk dinilai paling efektif mendukung industri pariwisata di Kabupaten Karanganyar. Bidang ekonomi kreatif tersebut menunjukkan pengembangan tanpa batas.

"Klasterisasi produk memberi efisiensi waktu bagi konsumen untuk mencari kebutuhannya. Misalnya di Jatiyoso yang terkenal dengan singkong jarak towo, maka sebaiknya dibuat klaster itu di sana. Jadi, wisatawan yang ingin lebih dekat dengan jarak towo, bisa mencari mulai bahan mentah, varian produk sampai edukasi tentang komoditas tersebut," kata Anggota Komisi IV DPRD Karanganyar Siti Khomsyah dalam forum groub discussion Peran Serta Pemerintah Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Lokomotif Industri Pariwisata di Hotel Ramada Colomadu, Rabu (7/4).

Penting diketahui, ubi kayu Jarak Towo Jatiyoso resmi menjadi milik masyarakat Kabupaten Karanganyar. Varietas lokal itu sudah mengantongi sertifikat Tanda Daftar Varietas Tanaman. Tanaman singkong itu hanya bisa dibudidaya di Kecamatan Jatiyoso dan Jenawi dan sebagian Karangpandan. Rasanya yang gurih dan lembut serta ukurannya di atas rata-rata singkong membuat Jarak Towo jadi komoditas utama kuliner di wilayah lereng Lawu. Olahannya juga diminati dan dipakai bahan baku produk panganan lainnya.

Siti menyontohkan klasterisasi kerajinan kayu di Jepara memudahkan calon konsumen membeli barang tersebut.

"Kayu Jepara bermacam jenisnya. Mungkin ada yang mencari kaki kursi, maka penyedianya di desa A. Sudah terklasterisasi, tinggal menuju lokasi dan membeli apa yang dibutuhkan," katanya.

Sekretaris Komisi B DPRD Karanganyar Bobby Aditya Putra menekankan pentingnya promosi produk di marketplace. Selain menghemat ruang berjualan juga memaksimalkan cakupan pasar.

"Di era 4.0, perlu menyediakan produk inovatif. Memproduksi sampai mengemas, harus berkualitas agar bernilai tinggi. Produk serupa bukan berarti pesaing, namun suntikan energi agar sukses bersama," katanya.

Pemilik Getuk Take Tawangmangu, Edi Blangkon sepakat dibentuk klasterisasi produk. Variasi getuk dengan berbagai rasa, lanjutnya, dapat ditemukan di tokonya maupun stakeholder di wilayah Tawangmangu.

"Kita sedang membangun branding Getuk Take dengan bahan baku singkong jarak towo. Tidak semua daerah punya seperti ini. Hanya Karanganyar khususnya Tawangmangu," jelasnya.

Kepala Disparpora Titis Sri Jawoto mengatakan industri kreatif memiliki pengembangan tanpa batas. Justri usaha ekraf mendukung industri pariwisata.

"Ke depannya orang datang mencari produk di daerah itu. Imbasnya ke wisata. Kebetulan di sana ada obyek menarik seperti wisata alam dan air terjun," katanya.

1308