Home Gaya Hidup Kobar Api Roro Mendut dalam Kacamata Teater Minatani

Kobar Api Roro Mendut dalam Kacamata Teater Minatani

Pati, Gatra.com- Seorang perempuan berpakaian Jawa berdiri di atas karpet merah, matanya dingin menyelami setiap jarum jam di sudut gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), seolah menegaskan malam ada dalam genggaman. Sementara klobot di tangannya mengangah membakar emosi penonton dan menyelimutinya dengan wangi kelembak dan kemenyan.
 
Sosok perempuan itu ialah Roro Mendut yang diperankan Siwigustin dalam lakon "Kobar Api Pesisir Utara Jawa". Melalui gimiknya, perempuan itu seolah ingin menunjukkan kebulatan tekadnya untuk tidak mau takluk pada Tumenggung Wiroguna. Seorang patih dari Mataram yang dibawakan oleh Sigit. 
 
"Aku wanita pesisir utara Jawa. Aku dilahirkan dari tanah orang-orang yang tak akan menyerah! Maka bersiaplah kau menjadi karang yang dihantam ombak pemberontakan," tegas Roro Mendut dalam salah satu adegan pada pementasan virtual yang dibawakan Teater Minatani, Selasa (6/4) malam.
 
Panggung yang semula berwarna merah darah yang selaras dengan kemurkaan gadis pesisir utara Jawa itu, berubah menjadi nuansa adem tatkala Pronocitro mampu sedikit meredam murka Roro Mendut. Karakter yang dumainkan Aji, mampu meredakan kekhawatiran yang dirasakan oleh kekasihnya tersebut.
 
Sementara di adegan lain, Lacahya yang berperan sebagai Nyai Ajeng terlihat begitu sendu, meratapi nasib. Nyai Ajeng, yang merupakan istri dari Tumenggung Wiroguna gundah karena tak ingin dimadu, tapi apa daya ia hanya seorang wanita yang tak mampu berkata tidak untuk seseorang yang dicintainya. 
 
Tumenggung Wiroguna sendiri seolah telah tergila-gila pada kemolekan Mendut. Baginya mendapatkan Mendut tak sebatas mendapatkan wanita, melainkan penuntasan penaklukan yang telah dilakukan sebelumnya. Tanpa mendapatkan Mendut, baginya penaklukan itu akan sia-sia.
 
Namun, alur cerita itu tak berujung bahagia. Pronocitro harus bersimbah darah dalam memperjuangkan kekasihnya, Mendut pun serupa. Ia memilih mengakhiri hidupnya ketimbang menyerah kalah pada prinsipnya. Sementara Wiraguna, berakhir dalam penyesalan. Seorang patih besar bahkan tak bisa mendapatkan apa yang sudah ada digenggamannya.
 
Selain keempat tokoh itu, ada pula Mbok Emban, orang kepercayaan dari Nyai Ajeng yang kemudian membantu Roro Mendut. Tokoh itu dimainkan oleh Defi. Dilain pihak, Wiroguna menugaskan tiga telik sandi untuk memata-matai aktivitas Mendut dalam berjualan rokok klobot. Tiga abdi itu dimainkan oleh Faiz, Ali, dan Hanif. 
 
Sementara sutradara dalam naskah itu adalah Raden Beni Dewa Brata. Ia juga yang menulis naskah Mendut Kobar Api Pesisir Utara Jawa bersama Lacahya.
 
Ketua Teater Minatani Siwigustin mengatakan, sengaja memilih lakon tersebut dalam pementasan virtual yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pati. Mengingat kisah Roro Mendut sangat lekat dengan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 
 
"Cerita Roro Mendut begitu dekat dengan masyarakat Pati. Inilah yang kemudian melatar belakangi pemilihan naskah. Bagi kami kisah Mendut tak sebatas pada persoalan percintaan. Melainkan keteguhan prinsip maupun sikap tak mau menyerah," ujarnya, Rabu (7/4).
 
Pementasan itu diakuinya merupakan tawaran baru dari Teater Minatani. Kali ini mereka ingin memadukan sejumlah unsur dari ketoprak seperti pencak silat, tari, maupun tembang dengan gaya teater.
 
"Karena bagaimanapun kami tumbuh di Kabupaten Pati. Kota dengan seni peran ketoprak menjadi ikonnya. Kami ingin belajar dari sana untuk kami adaptasi di teater," jelasnya.
1237