Jakarta, Gatra.com – Umat muslim akan segera menjalankan ibadah puasa Ramadan. Puasa tahun ini kembali berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Lantas, apakah puasa ini akan memengaruhi kondisi imun tubuh atau kesehatan tubuh di saat pegabuluk?
Akademisi dan Praktisi Klinis, Ari Fahrial Syam, dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com di Jakarta pada Selasa (6/4), menyampaikan, hikmah dari puasa adalah agar yang menjalankannya sehat.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), ini melanjutkan, puasa membuat tubuh menjadi sehat karena ketika berpuasa ada pembatasan asupan makanan, keteraturan makan, dan pengendalian diri. Ketiga unsur ini adalah sesuatu yang seharusnya konsisten dilaksanakan, baik pada saat berpuasa dan setelahnya.
"Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa orang yang berpuasa Ramadan selama 1 bulan penuh akan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak berpuasa. Tentu hal ini juga berharap membawa manfaat untuk mencegah terinfeksi virus SARS-CoV-2," katanya.
Puasa Ramadan membuat yang menjalankannya mengurangi frekuensi makan yang biasanya 3 kali menjadi 2 kali sehari. Jika ini dilaksanakan bahwa memang akan terjadi pembatasan asupan makan dan pembatasan kalori (restriksi kalori).
"Dampak adanya pembatasan makan, dalam hal ini pembatasan asupan kalori jelas akan membawa manfaat bagi kesehatan bagi seseorang yang menjalani ibadah puasa tersebut," ujarnya.
Pembatasan makan akan membuat tubuh melakukan penghancuran lemak. Pembatasan makan juga menyebabkan pengurangan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.
"Jadi dengan adanya pembatasan makan, berat badan akan turun, kolesterol akan turun, kadar gula darah juga menjadi lebih terkontrol," katanya.
Selain itu, puasa sepanjang hari akan membuat mengurangi konsumsi camilan yang tidak sehat, seperti coklat, keju, dan lemak. Kemudian, mengurangi makanan yang manis dan asin yang belum tentu sehat bagi tubuh.
Selanjutnya, bagi perokok, akan mengurangi konsumsi rokoknya setiap hari. Sehingga puasa akan membuat orang sehat menjadi tambah sehat dan orang dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, kencing manis, kegemukan, dan kolesterol tinggi akan membuat penyakitnya menjadi lebih baik dan terkontrol.
"Tentu kondisi sehat yang kita harapkan ini tidak akan tercapai kalau dalam berpuasa ini kita melakukan budaya balas dendam saat berbuka. Misalnya, menggandakan makan siang Bersama makan malam. Sehingga tujuan pembatasan makan dan pembatasan kalori tidak tercapai," ujarnya.
Membatasi asupan kalori dengan cara berpuasa ini, sering disebut sebagai intermittent fasting. Intermitent fasting dihubungkan dengan terjadinya peningkatan daya tahun tubuh orang-orang yang berpuasa.
"Kita berharap jika memang sudah terjadwal vaksinasi di bulan Ramadan berharap sistim antibodi yang terbentuk akan lebih baik" katanya.
Vaksin karena berbentuk obat yang disuntikan ke dalam tubuh tidak membatalkan puasa, tetapi memang sebaiknya untuk masyarakat yang sedang berpuasa Ramadan, mendapat vaksinasinya pada malam hari.
Keteraturan
Pasien sakit maag yang sebagian besar adalah sakit maag fungsional, yaitu jika dilakukan evaluasi tidak ditemukan kelainan. Pasien dengan maag fungsional biasanya dengan berpuasa keluhan sakit maagnya berkurang dan merasa lebih sehat pada saat berpuasa.
Menurut Ari, hal ini terjadi karena keluhan sakit maag yang timbul pada pasien akibat ketidakteraturan makan, konsumsi makanan camilan, seperti makanan yang berlemak, asam, dan pedas sepanjang hari. Selanjutnya, konsumsi minuman bersoda dan minum kopi, merokok, dan juga faktor stres.
Selama berpuasa, pasien-pasien ini pasti makan lebih teratur karena hanya dua kali dengan waktu yang lebih kurang sama setiap harinya selama puasa Ramadan, yaitu saat sahur dan berbuka. Keteraturan inilah yang bisa membuat pasien dengan sakit maag tersebut sembuh.
Pengendalian Diri
Pengendalian diri merupakan hal penting agar tubuh tetap sehat. Jiwa yang sehat kunci agar kita tetap sehat. Berbagai macam sakit fisik terjadi karena jiwa yang terganggu. Kita mengenal penyakit psikosomatik. Pasien yang cemas cenderung asam lambungnya tinggi dan akhirnya maagnya dapat terganggu.
Pasien dengan hipertensi TD akan naik jika emosinya terganggu. Pasien Asma bisa kambuh karena sedang dalam keadaan stress. Jantung berdebar-debar, tangan berkeringat, pegal-pegal di tengkuk bisa berhubugan dengan faktor psikis.
"Dengan pengendalian diri selama berpuasa diharapkan faktor psikis yang bisa mengganggu fisik tersebut tidak muncul," katanya.
Akhirnya, tandas Ari, dengan berpuasa dapat mengurangi makan, hidup lebih teratur, dan pengendalian diri serta berharap ini akan meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktivitas.