Larantuka, Gatra.com – Siklon Seroja menghantam wilayah Nusa Tenggara Timur pada tanggal 5 April 2021 pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Akibat dari kejadian ini, terdapat beberapa bencana alam turunan seperti banjir bandang, tanah longsor, hingga pohon tumbang.
Kejadian ini menyebabkan jatuhnya puluhan korban jiwa dan mengungsinya ratusan korban selamat. Menurut keterangan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, sebanyak 84 orang telah meninggal dunia dan sejumlah 71 lainnya masih dalam pencarian.
Dalam konferensi pers yang digelar Senin malam, (5/4), di Larantuka, Flores Timur, NTT dan disiarkan langsung secara virtual, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Munardo, menjelaskan kondisi terkini di wilayah bencana terjadi dan apa saja yang sudah dilakukan oleh BNPB.
“Tim kesehatan dan relawan lokal yang telah bekerja keras adalah mencari dan menemukan jenazah. Kemudian juga melakukan perawatan kepada pasien-pasien yang luka-luka. Sementara yang dapat kami terima laporannya adalah korban patah tulang,” terang Doni.
Ia pun menggambarkan ketersediaan fasilitas kesehatan di Pulau Adonara. “Di Adonara tidak ada rumah sakit. Nanti akan ada upaya untuk melakukan evakuasi dari Pulau Adonara ke rumah sakit yang ada di Larantuka. Sedangkan yang di Lembata, tersedia rumah sakit,” ujarnya.
Doni pun melaporkan upaya apa yang telah dikerahkan oleh timnya. “Dari BNPB sendiri, hari ini telah tiba satu unit helikopter (yang) sekarang sedang ada di Maumere. Lantas, besok rencana kedua, unit lain helikopter akan tiba,” katanya.
“Dan ini kita prioritaskan kepada warga yang membutuhkan evakuasi sehingga mereka yang cedera bisa kita selamatkan dulu. Kemudian juga kelompok-kelompok rentan yang perlu perawatan juga perlu kita lakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman, terutama di Larantuka,” tambah Doni.
Ia mengaku bahwa kesulitan yang menjadi tantangan saat ini adalah soal eskavator. Hingga saat ini, baru terdapat 8 unit eskavator yang siap dibawa ke Lembata dan Adonara. Selain itu, sejumlah 6 dump truck pun sudah disiapkan.
Kendala lainnya, menurut Doni, adalah soal ketersediaan alat transportasi laut. “Namun, sampai sejauh ini (kami) belum mendapatkan alat transport laut yang memadai. Jadi kami tetap terus berusaha untuk bisa mendapatkan alat transport sehingga sekarang yang sedang berada di wilayah Pulau Flores bisa dikirim ke Lembata dan juga Adonara,” ujarnya.
“Mungkin pada kesempatan malam ini juga kami mengajak kepada mereka yang memiliki transportasi untuk bisa menawarkan kepada BNPB dan juga mungkin ada dukungan dari beberapa kelompok yang memiliki transportasi laut untuk bisa membantu meringankan tugas-tugas yang dilakukan oleh tim lapangan,” tambahnya.
Kemudian, Doni juga membeberkan langkah-langkah yang akan ditempuh esok, Selasa, (6/4). “Kemudian untuk yang ke Lembata, transportasi pesawat kargo akan disusulkan lagi besok,” katanya.
Warga yang terdampak, termasuk kelompok masyarakat rentan, akan menjadi perhatian utama dalam penanggulangan bencana ini. “Kita optimalkan seluruh masyarakat yang terdampak, terutama di wilayah pengungsian itu bisa mendapatkan kebutuhan dasar minimal seperti selimut, sarung, makanan siap saji, dan juga terutama perlengkapan untuk wanita hamil, kelompok rentan dan juga bayi, termasuk juga kebutuhan susu dan sebagainya, dukungan obat-obatan juga,” pungkasnya.