Semarang, Gatra.com - Pondok Pesantren Wakaf Literasi Islam Indonesia (WALI), Candirejo Tuntang, Kabupaten Semarang berhasil menyelesaikan kamus khusus untuk kitab-kitab kuning rujukan, yaitu Kamus Safinatun Najah.
Terealisasikannya edisi pertama kamus ini menjadi salah satu usaha perwujudan inovasi literasi guna memudahkan umat Islam mengakses kitab-kitab kuning. Seperti diketahui, kitab-kitab kuning telah menjadi kebutuhan penting untuk memahami dan mendalami ajaran-ajaran Islam.
Buku Kamus Safinatun diluncurkan pada perhelatan Haflah Akhir Sanah Ponpes WALI, Sabtu (3/4) pekan lalu. "Para penyusun kamus ini santri-santri mahasiswa yang tergabung dalam Wali Arabic Club," kata Pengasuh Ponpes WALI KH Anis Maftukhin, seperti dikutip dari rilis yang diterma Gatra.com Senin, (5/4)
Tim penyusun terdiri dari Aghna Hawari, M. Yusril, Risma Ariesta, dan Leni Mardianto. Keempatnya adalah mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang mengikuti program pesantren mahasiswa di Ponpes WALI.
Meski berlabel kamus, buku ini tak semata berisi kata dalam bahasa Arab dan terjemahannya yang tersusun urut abjad. Buku ini juga melengkapi diri dengan i'rab per kata dengan lengkap.
I'rab adalah aspek tata bahasa Arab yang mengatur perubahan bunyi kata akibat perubahan kasus atau fungsi kata tersebut dalam kalimat.
Isi lengkap kitab Safinatun Najah juga disertakan. Jadi, santri bisa langsung membaca buku itu dan bila ada kata yang belum diketahui arti dan i'rabnya bisa mengecek di kamus yang berada di bagian lain buku ini.
Safinatun Najah adalah kitab ringkas mengenai dasar-dasar ilmu fikih menurut mazhab Syafi'i. Kitab ini ditujukan bagi pelajar dan pemula sehingga hanya berisi kesimpulan hukum fikih saja tanpa menyertakan dalil dan dasar pengambilan dalil dalam penetapan hukum.
Menurut rencana, tim ini akan menyusun kamus kitab-kitab kuning lainnya. Selain menjadi bagian dari pendidikan literasi bagi para santri, Anis menuturkan, program ini juga bermaksud untuk mempermudah umat dalam belajar membaca dan memahami kitab kuning.
Saat ini kitab-kitab kuning yang akrab di kalangan pesantren mulai mendapat perhatian dari kalangan umum di luar pesantren.
"Ini merupakan kabar baik. Maka, kami mendorong santri-santri untuk melakukan inovasi-inovasi literasi agar umat Islam Indonesia bisa merasakan manfaat ilmiah dari kitab-kitab kuning," kata Anis.