Home Kesehatan Pandemi Dongkrak Konsumsi Herbal, Jamune Ubah Image Kolot

Pandemi Dongkrak Konsumsi Herbal, Jamune Ubah Image Kolot

Jakarta, Gatra.com – Angka konsumsi minuman herbal, seperti jamu meningkat pada pandemi Covid-19. Hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional bahwa 79% responden mengonsumsi jamu.

Angka hasil penelitian adri Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional tersebut untuk April-Mei 2020.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PT Selera Jamu Indonesia, Nita Kartikasari, dalam keterangan tertulis pada Minggu (4/4), menyampaikan, selain pandemi Covid-19, peningkatan terjadi karena keberhasilan mengubah image pahitnya rasa jamu.

Menurut Nita, keberhasilan menghilangkan rasa pahit itu tanpa mengurangi khasiat dari jamu. Para produsen juga membuat berbagai varian rasa jamu sehingga masyarakat dapat memilih sesuai rasa yang disukai.

"Dengan latar belakang itulah Jamune hadir dengan jamu cocktail yang tidak hanya memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh, tapi juga rasa yang enak dan tampilan yang menarik sehingga generasi muda Indonesia akan suka minum jamu," ungkapnya.

Jamune, kata Nita, memanfaatkan teknologi terkini dan memadukannya dengan melimpahnya rempah-rempah yang dimiliki Indonesia dapat berinovasi dengan menghadirkan wajah jamu yang akan disukai oleh milenial.

"Penyajiannya dibedakan menjadi tiga cara, jamu on the rock untuk jamu dingin dengan tambahan es batu, the hottest adalah jamu yang disajikan hangat, dan shot berupa jamu dengan porsi sekali teguk," katanya.

Sebelumnya, Guru Besar Mikrobiologi dan Bioteknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Amarila Malik, mengatakan, Indonesia harus mempunyai kemandirian dalam pengembangan dan penyediaan obat-obatan, juga teknologi medis.

Amarila menyampaikan, Indonesia mampu mewudkan itu karena mempunyai keragaman hayati untuk komponen produk farmasi. Keragaman hayati ini mulai dari bahan aktif obat, eksipien, bahan tambahan, reagens, enzim, sistem ekspresi, hingga system assays.

"Melalui kemandirian bahan baku, kemandirian riset dan pengembangan, serta kemandirian produksi, kita dapat membangun kemandirian obat asli Indonesia," ujarnya.

240