Temanggung, Gatra.com- Banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tidak hanya memacetkan jalan nasional Parakan-Kendal, namun juga meninggalkan cerita pilu bagi pasangan pengantin Ahmad Multazam (29) dan Rifka Asyahida (25). Sebab saat banjir datang mereka sedang menggelar pesta pernikahan di kampungnya Desa Dangkel.
Luapan air dari Sungai Ngesrep dan saluran air dari Sungai Brangkongan masuk ke permukiman warga melewati jalan kampung pada Kamis (1/4/) petang. Lokasi pernikahan berada di tengah jalan kampung yang dilewati banjir. Seketika hajatan pun menjadi buyar, kursi dan meja hanyut terbawa arus, termasuk menenggelamkan sepeda motor milik tamu dan warga.
Namun beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Kejadian di lereng Gunung Sindoro ini sempat viral setelah video banjir Dangkel beredar melalui media sosial. Hingga Jumat (2/4/2021) kejadian itu masih menyisakan jejak seperti terkelupasnya aspal jalan, rusaknya sawah dan rumah milik warga.
"Pas kejadian itu untungnya pas tamunya sedikit. Pas hujan deras dan ada yang hanyut barang-barangnya. Saya dan istri waktu itu baru masuk rumah," kata Ahmad Multazam, ketika ditemui di rumahnya.
Kendati demikian, ia mengaku masih bersyukur pernikahannya masih tetap berjalan meski ada halangan banjir. Pasangan pengantin baru ini pun kemudian mendapat suport dari Bupati Temanggung HM Al Khadziq yang saat meninjau lokasi banjir mendatangi lokasi pernikahan warga Desa Dangkel tersebut. Setelah berbincang dengan mempelai Bupati pun diminta foto bersama pasangan muda tersebut.
Kepala Desa Dangkel Lestari menuturkan, selain kursi dan motor ada juga perabotan warga hanyut terbawa air. Salah satunya rumah milik Mubasir (61) warga RT 3 RW 1 Dusung/Desa Dangkel.
"Banyak perabotan rumah terbawa banjir seperti kasur kursi dan barang-barang rumah tangga lain. Saya waktu kejadian di rumah, memang pas hujan deras, tapi saya dan keluarga bisa menyelamatkan diri," terang Mubasir.
Bupati Muhammad Al Khadziq pun melakukan pengecekkan kerusakan mulai jalan aspal, sawah milik warga dan menyisir sungai sampai ke titik DAM yang ditengarai menjadi penyebab banjir.
Ia pun meminta camat, Kepala DPUPR, Kepala BPBD, dan kepala desa untuk melakukan kajian guna mengatasi banjir dan kerusakan. Aspal jalan yang terkelupas juga diminta untuk segera diperbaiki. Khadziq sempat membagikan bantuan logistik kepada warganya yang terdampak banjir.
"Cari sumber masalahnya, kalau memang dari itu (pintu air) nanti tugasnya DPUPR, koordinasi dengan Pemprov, agar ditinjau supaya masalah seperti ini tidak terjadi lagi. Gunung Sindoro sudah sudah erosi tidak ada pohon sehingga tanahnya telanjang tiap hujan pasti akan jadi banjir. Penanganan Gunung Sidoro tidak bisa segera dan butuh konservasi, aspal rusak diperbaiki, tanggul jebol diperbaiki," katanya.