Jakarta, Gatra.com – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyebut target pelaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) yang dicanangkan pemerintah bukan baru dilaksanakan bulan Juli mendatang. Namun, saat ini pun Mendikbud meminta sekolah dan daerah sudah bisa membuka opsi PTM.
"Kenyataannya adalah kita harus hidup dengan virus ini. Kita harus hidup dengan pandemi Covid-19. Jadinya mau tidak mau dan saya kira kita tidak punya opsi lagi. Kita harus mulai melaksanakan sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Jadinya itu adalah situasinya sekarang," kata Nadiem saat hadir dalam Siaran FMB 9 secara daring, Kamis (1/4).
Bahkan, jika menilik penyelenggaraan pendidikan di negara lain, Indonesia bisa dibilang tertinggal. Mantan CEO Gojek ini mengungkapkan, Indonesia hingga saat ini baru menjalankan PTM sebesar 20% dari sekolah yang ada di Tanah Air. Jumlah ini diakui Nadiem sangat rendah, dibandingkan persentase negara-negara Asia Pasifik yang rata-rata sudah sebanyak 85% menyelenggarakan Sekolah Tatap Muka (PTM).
"Saat ini, negara-negara Asia Pasifik sudah mulai melakukan tatap muka terbatas dan sudah hampir 85% sekolah tatap muka secara full. Jadinya, kita sedikit ketinggalan juga dari ke negara-negara lain," ujar Nadiem.
Dari sisi kesiapan pun, Nadiem mengakui pemerintah sudah banyak menyiapkan banyak hal. Mulai dari akselerasi vaksin yang diprioritaskan untuk guru dan tenaga pendidik. Arahan Presiden Joko Widodo pun, di akhir bulan Juni sampai bulan Juli itu, sudah semua guru dan dosen dan tenaga pendidik di Indonesia sudah divaksin.
"Yang kedua, dana BOS sudah diberikan fleksibilitas full untuk sekolah melakukan persiapan tatap muka. baik itu mau beli masker, mau beli sanitasi, mau beli hand sanitizer, mau beli alat-alat kaya thermogun, dan lain-lain itu sudah diperbolehkan," ucapnya.
Melihat Kondisi itu, Nadiem mengatakan bahwa sekolah wajib memberikan opsi tatap muka saat guru-gurunya sudah divaksin. Hal itu pun yang diharapkan bisa segera dilakukan.
"Maksudnya bisa sekolah itu masuk dua kali seminggu [pekan], tiga kali seminggu [pekan]. Itu terserah, asal maksimal 50% kapasitasnya karena protokol kesehatan barunya itu bukan seperti sebelum pandemi. Protokolnya dipastikan akan sangat ketat," ujarnya