Tegal, Gatra.com - Petani di Kota Tegal, Jawa Tengah sempat mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi karena tidak memiliki Kartu Tani. Dinas menampik adanya kesulitan.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Kelautan dan Pertanian Kota Tegal, Yusmana mengatakan, penerbitan Kartu Tani harus melalui sejumlah proses.
"Prosesnya itu kita data dulu dari para kelompok tani. Kemudian data itu masuk ke Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok, lalu masuk ke SINPI (Sistem Informasi Pertanian Indonesia) dan selanjutnya ke sistemnya BRI pusat," kata Yusmana saat penyerahan Kartu Tani di Balai Penyuluhan Pertanian Margadana, Senin (29/3).
Setelah masuk ke sistem BRI selaku bank yang ditunjuk untuk menerbitkan Kartu Tani, kata Yusmana, Dinas Pertanian dan Perikanan hanya bisa menunggu hingga Kartu Tani terbit.
"Kartu itu diproses oleh BRI pusat, kita hanya bisa menunggu. Lama terbit karena satu Indonesia banyak yang diproses. Jadi mau bagaimana, kita hanya bisa menanyakan," ujarnya.
Menurut Yusmana, petani yang sudah didata namun Kartu Tani-nya belum terbit tetap bisa membeli pupuk bersubsidi. Caranya dengan menggunakan form khusus yang disediakan dinas.
"Kita memfasilitasi dengan form khusus bagi petani yang belum terbit Kartu Tani-nya. Form khusus itu ditandatangani ketua kelompok tani, PPL dan mengetahui dinas. Surat itu dibawa ke kios yang menyediakan pupuk bersubsidi. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali," jelasnya.
Menurut Yusmana, terdapat sekitar 300 Kartu Tani yang sudah terbit dan akan segera dibagikan kepada para petani. "Hari ini ada sekitar 300 lebih kartu yang sudah terbit dari BRI pusat, tapi karena protokol kesehatan kita hanya mengundang 25 petani. Sisanya nanti dibagi bertahap oleh BRI unit," ujar dia.
Yusmana juga memastikan alokasi pupuk bersubsidi di Kota Tegal mampu mencukupi kebutuhan petani meski jumlahnya ada pengurangan. "Yang menentukan alokasi dari pusat. Memang ada pengurangan, tapi sedikit, tidak signifikan," ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Sumber Ekonomi 1 Kelurahan Kaligangsa, Munaseh (77) mengaku lega setelah mendapat Kartu Tani. "Rasanya bombong (lega) sekali, kita bisa semangat bertani. Harapannya seluruh petani yang aktif bisa dapat semua," ujarnya.
Sebelumnya Munaseh mengaku sudah mendaftar didata untuk pembuatan Kartu Tani pada 2015, namun kartu itu tak kunjung jadi. Hal ini membuatnya kesulitan untuk membeli pupuk bersubsidi. "Selama ini membeli pupuk sangat sulit karena Kartu Tani sejak 2015 belum jadi," ujarnya saat ditemui wartawan Senin (22/3).