Kendal, Gatra.com - Peringatan Abhiseka Raja Keraton Kawitan Amarta Bumi yang digelar di Pendopo Saridin Dusun Sekatul Desa Margosari Kecamatan Limbangan Kendal Jawa Tengah, biasanya dihadiri raja-raja se-nusantara terpaksa digelar secara sederhana.
Raja-raja se-nusantara seperti, Kesultanan Indrapura Sumatera Barat, Puri Pamejutan Badung Bali, Kerajaan Aceh Tamiang, Kerajaan Suka Pura Jawa Barat, Kerajaan Kokoda Papua, Kerajaan Pamekasan Madura, Kasultanan Kasunanan Cirebon, Kerajaan Batak Seribu Onarungu Pulau Samosir, Kerajaan Tallo Gorontalo dan Kasunanan Surokarto dan kerajaan lainnya tidak bisa hadir karena pandemi covid-19 belum juga berakhir.
Pengageng Keraton Kawitan Amarta Bumi Kanjeng Raden Aryo (KRA) Wangsit Satyonagoro mengatakan, pengetan abhiseka merupakan peringatan bertahtanya Sri Angling Prabu Punta Jayanegara Cakra Buana Giri. Kali ini digelar yang ke empat.
"Karena pandemi, kami gelar pangetan secara sederhana. Jika pada tahun-tahun sebelumnya, kita peringati dengan meriah dan mengundang raja-raja dari seluruh Nusantara," kata Wangsit, Senin (29/3).
Dijelaskan, kesederhanaan pangetan yang digelar mengingat saat ini kondisi masih dalam pandemi. Semua yang hadir dibatasi dan diterapkan protokol kesehatan yang ketat, namun tidak mengurangi kesakralan ritual yang digelar.
Acara pangetan, menurut Wangsit, menjadi acara resmi yang diperingati dalam setiap tahunnya dan menjadi agenda keraton.
Acara juga digelar secara resmi dengan protokoler yang terlebih dahulu membacakan doa kiblat papat. "Kemudian, ada juga kirab yang merupakan bagian dari ritual yang dimulai dari kediaman raja atau siti hinggil menuju Pasewakan atau Ndalem Saridin," jelasnya.
Tari Bedoyo juga merupakan salah satu tradisi yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan abhiseka. Menurut Wangsit, biasanya jika penari tidak siap akan kerasukan leluluhur dan penari akan menangis. "Ada roh halus yang masuk ke raga dan menangis histeris. Namun demikian, kejadian ini dalam sekejab bisa disembuhkan, normal kembali," pungkasnya.