Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat (PD) versi Kongres Luar Biasa (KLB) Sibolangit, Deli Serdang, Moeldoko, menyampaikan alasannya menerima pinangan untuk memimpin PD.
Moeldoko dalam pernyataan video pada Minggu (28/3), menyampaikan, selaku orang yang didaulat memimpin PD, sebelumnya telah melihat terjadinya kekisruhan dan bergesernya arah demokrasi di partai ini.
"Terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali, ini menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas pada 2045," ujarnya.
Menurutnya, ada kecenderungan tarikan ideologis di tubuh PD. Keputusan memimpin partai, ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat, tapi juga bangsa dan negara.
"Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB yang saya ajukan, dijawab dengan baik oleh rekan-rekan sekalian," ujarnya.
Adapun ketiga pertanyaan tersebut, lanjut Moeldoko, pertama; apakah KLB ini sesuai AD/ART? Kedua; seberapa serius kader Demokrat meminta saya memimpin partai ini? Dan yang ketiga adalah, bersediakah kader Demokrat bekerja keras dengan integritas demi merah putih di atas kepentingan pribadi dan golongan?
"Semua pertanyaan itu dijawab oleh peserta KLB dengan gemuruh. Maka saya baru memutuskan," ujarnya.
Sedangkan soal apakah telah meminta persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingat saat ini selaku Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko mengatakan, ini atas otoritas pribadi.
"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden," ujarnya.
Moeldoko juga mengatakan, sebagai manusia biasa, khilaf memberi tahu istri dan keluarga atas keputusan yang diambil, yakni menjadi ketum PD. Namun demikian, ia mengaku sudah terbiasa mengambil risiko.
"Saya terbiasa mengambil risiko seperti ini, apalagi demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, jangan bawa-bawa Presiden untuk persolan ini," ujarnya.
Moeldoko juga menyampaikan, turut berdukacita kepada korban aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pagi tadi, sekitar pukul 10.28 WITA.
"Mari kita bersatu menolak, mencegah, dan memerangi paham radikalisme dan intoleransi di Indonesia," katanya.