Paris, Gatra.com - Prancis pada hari Jumat menuduh Rusia menggunakan vaksin Sputnik V Covid-19 sebagai alat menyebarkan pengaruh dan pesan 'propaganda diplomasi' dari Moskow ketimbang pengobatan untuk melawan krisis kesehatan global.
"Dalam hal bagaimana pengelolaannya, itu (vaksin Sputnik V) lebih merupakan sarana propaganda dan diplomasi agresif daripada sarana solidaritas dan bantuan kesehatan," kata Menteri Luar Negeri, Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info, dikutip AFP, Jumat (26/3).
Vaksin Rusia telah mendapat banyak kecaman di negara-negara Barat, sementara Presiden Vladimir Putin - yang mendapat suntikan Sputnik pada hari Selasa - menganggap skeptisme tuduhan itu dan menilai sebagai tindakan "aneh".
Le Drian mengatakan baik Rusia dan China menggunakan vaksin mereka untuk mendapatkan pengaruh di luar negeri.
“Bahkan sebelum memvaksinasi populasi mereka sendiri,” ujarnya.
Menlu mengatakan Rusia telah mengumumkan dan menarik simpati “banyak perhatian media" bahwa mereka akan mengirimkan 30.000 dosis vaksin ke Tunisia.
“dengan inisiatif Covax yang didukung PBB telah mengirimkan 100.000 dosis ke negara Afrika utara itu, dengan 400.000 lagi akan datang pada Mei, katanya.
“Seperti itulah kerja solidaritas sejati, itulah kerja sama kesehatan yang sejati,” kata Le Drian.
Rusia mendaftarkan Sputnik V pada bulan Agustus , menjelang uji klinis skala besar, sehingga memicu kekhawatiran di antara banyak ahli atas proses ke jalur cepat.
Sebagian besar itu disambut positif, sebagaimana hasil penerbitan jurnal medis terkemuka The Lancet yang menunjukkan vaksin aman dan lebih dari 90 persen efektif.
Badan Obat-obatan Eropa bulan ini meluncurkan tinjauan bergulir terhadap Sputnik V, sebuah langkah akhir agar disetujui sebagai suntikan virus korona non-Barat pertama yang digunakan di 27 negara.