Jakarta, Gatra.com - Aliansi Masyarakat Untuk Bulutangkis (AMUBA) menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Kedutaan Besar Inggris, Jakarta Selatan, (26/3). Aksi ini merupakan imbas dari dipulangkannya atlet-atlet bulu tangkis Indonesia dari ajang YONEX All England Open Badminton Championships 2021 pekan lalu.
Dalam aksi unjuk rasa tersebut, AMUBA menyuarakan kekecewaan mereka karena tim badminton Indonesia gagal menyelesaikan kompetisi. Mereka juga mengklaim kalau pemulangan ini adalah sebuah perilaku diskriminasi terhadap para atlet dan ofisial Indonesia.
Selain diisi oleh orasi, aksi unjuk rasa ini juga diwarnai oleh permainan bulu tangkis sederhana yang dimainkan oleh dua orang demonstran. Dua demonstran lain membentangkan ikat rapia secara vertikal di tengah-tengah area permainan sebagai net tiruan.
Unjuk rasa yang dimulai pukul 15.00 WIB itu berlangung damai. Jumlah pengunjuk rasa mencapai angka sekitar 20 orang. Satuan keamanan berjejer sigap di depan bangunan Kedutaan Besar Inggris demi mengamankan jalannya aksi massa. Sekitar pukul 15.30 WIB, para demonstran akhirnya meninggalkan lokasi dengan tenteram.
Ditemui selepas aksi unjuk rasa usai, Koordinator Aksi AMUBA, Yugito Sukarman, memberikan komentar mengenai peran Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan Lembaga Kesehatan Inggris (NHS) di balik keputusan pemulangan atlet dan ofisial Indonesia ini.
Ketika ditanya siapa yang salah di antara keduanya, Yugito punya pandangan tersendiri. “Kedua-duanya (salah),” terangnya kepada Gatra.
Yang past, ujarnya,i BWF melakukan kesalahan bahwa mereka tidak berkoordinasi dengan baik dengan negara yang mengadakan acara, dalam hal ini Inggris. “Maksudnya begini. Di sana punya regulasi sendiri-sendiri tiap negara. Nah itu yang harus dipelajari. Seharusnya kan sebelum pertandingan dimulai, seharusnya sudah disosialisasi ke seluruh peserta bahwa harus ada bubble atau isolasi selama 10 hari,” lanjut Yugito.
Maka seharusnya sebelum itu tim bulutangkis tiba sudah dilakukan sosialusasu. "Tapi itu tidak ada sosialisasi dari pihak BWF. Itu yang jadi permasalahan. Kalau itu sudah terjadi dan kita tidak mentaati, maka kesalahan ada di kita, tapi ini tidak ada sosialisasi sama sekali,” paparnya lebih lanjut lagi.
Selain meluapkan kekecewaannya kepada pihak penyelenggara, Yugito juga memberi perhatian lebih pada konsekuensi yang akan diterima oleh atlet-atlet badminton Indonesia setelah terpaksa dipulangkan. Secara lebih khusus, ia mengkhawatirkan soal peringkat dunia pemain-pemian bulu tangkis Merah Putih.
“Dan mereka juga harus memikirkan masalah peringkat pemain-pemain kita. Karena biar bagaimana(pun) peringkat dengan poin tertinggi, nilainya ada di All England. Ketika mereka tidak diperbolehkan main oleh All England, maka peringkat pemain-pemain kita anjlok,” ujar Yugito.