Pekanbaru, Gatra.com- Seorang guru kontrak Madrasah Aliyah, Sarbaeni, mengaku sudah tiga bulan tak menerima gaji. Menurutnya kejadian tersebut hampir selalu ia rasakan setiap awal tahun.
"Sudah tiga bulan tak menerima gaji. Hampir tiap tahun seperti ini, biasanya baru dibulan keempat atau kelima menerima upah," sebutnya kepada Gatra.com, di sela-sela pertemuan dengan anggota DPRD Riau, Jum'at (25/3).
Sarbaeni mengaku upah yang dia terima sekitar Rp2 juta-an, meski angka tersebut tak tergolong besar, namun nilainya amat membantu kehidupannya. Terlebih saat ini ia harus berjalan pakai bantuan tongkat.
Guru yang mengasuh mata pelajaran fiqih tersebut,sudah enam belas tahun berstatus tenaga kontrak. Ia mengajar di Kecamatan Rumbio Jaya, yang berjarak lebih kurang 40 kilometer dari Kota Pekanbaru.
"Banyak juga guru-guru kontrak lain, yang nasibnya sama seperti saya. Ya tentu selain kita berharap gaji dapat dibayarkan. Kita juga bisa diangkat menjadi guru PNS. Sebenarnya setiap era presiden sudah banyak janji untuk mengangkat jadi PNS. Tapi alhamdulillah hingga kini belum terlaksana," urainya.
Sementara itu Anggota DPRD Riau, Parisman Ihwan, mengungkapkan pihaknya akan mencoba mencari akar persoalan ini. Ia mengatakan jika gaji guru tersebut ada kaitannya dengan Dinas Pendidikan Provinsi, maka hal tersebut dapat ditanyakan ke instansi itu.
"Kita telaah dulu, karena urusan madrasah itu setahu saya dibawah Kemenag. Lain cerita dengan SMA yang dinaungi Dinas Pendidikan daerah, sehingga bisa langsung kita tanyakan kepada mereka," terangnya.
Asal tahu saja,sejak pandemi COVID-19 memaksa anak didik belajar dari rumah. Sejumlah instansi pendidikan mulai melakukan penyesuaian, termasuk mengurangi jumlah personil pengajar. Hal ini umumnya marak terjadi di lembaga pendidikan swasta.