Jakarta, Gatra.com - Kendati kasus kematian akibat COVID-19 di dunia cenderung mengalami kenaikan, namun di Indonesia jumlahnya cenderung mengalami penurunan. Hal itu disampaikan Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara atau Jubir Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, saat memaparkan melalui konferensi pers secara daring via Zoom pada Kamis, (25/3).
"Jumlah kematian pada bulan Maret, tercatat sampai pada tanggal 21 Maret 2021, adalah sebesar 3.384 kematian. Di mana, jumlahnya hampir setengah dari jumlah kematian di bulan Februari," jelas Wiku.
Wiku menuturkan, bahwa jika dilihat pada perkembangan setiap bulannya, ada peningkatan angka kematian per bulannya hingga mencapai angka kematian terbanyak dalam 1 bulan, yaitu di bulan Januari 2021, sebesar 7.860. Setelah itu, angka kematian jumlahnya perlahan menurun menjadi 6.168 jumlah kematian pada bulan Februari. "Sejak bulan Februari 2021, persentase kematian terhadap total kasus positif COVID-19 di Indonesia, mulai menunjukkan perlambatan atau cenderung datar," tutur Wiku.
Ia pun mengatakan, bahwa angka kematian di Indonesia yang cenderung melambat saat perkembangan di tingkat dunia mengalami kenaikan, patut dijadikan semangat serta motivasi untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pada pasien COVID-19.
Wiku juga menjelaskan, bahwa pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah diperluas hingga 15 provinsi, tentunya dapat menjadi salah satu kekuatan guna meningkatkan kualitas penanganan, karena dilakukan dengan fokus hingga tingkat terkecil.
Seraya ia menambahkan, keefektifan PPKM itu sangat tergantung pada disiplin bersama. Maka dari itu, ia mengharapkan koordinasi pemerintah serta masyarakat, yang sudah terbangun dengan baik, harus terus dijaga agar penanganan pasien COVID-19 sejak terlacak dan terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan lab, hingga perawatan di rumah sakit, maupun pemantauan selama isolasi mandiri dapat semakin terkoordinir dengan baik.
"Meski demikian, kita harus paham, dan tetap mengingat bahwa 1 kematian pun terbilang nyawa, dan tidak seharusnya ditoleransi. Jangan sampai kita kehilangan rasa empati, karena terbiasa melihat kematian dalam bentuk angka," pungkas Wiku.