Jakarta, Gatra.com- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan bahwa ada 24 persen dari orang yang memiliki gejala tuberkulosis (TBC) yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, menurut suatu kajian mengenai analisis perjalanan pasien tuberkulosis yang dilakukan pada tahun 2017.
"Jadi, hanya 24 persen yang mengenali gejala bahwa dia sakit, dan kemudian mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan dirinya. Artinya, kalau kita melihat ini merupakan usaha yang harus kita lakukan untuk bisa dan memastikan, bahwa pasien tuberkulosis itu bisa mendapatkan akses pengobatan dan tentunya menyelesaikan pengobatannya," ungkap Siti, lewat forum diskusi daring pada Rabu, (24/3).
Siti menjelaskan dari hasil kajian yang sama, diperoleh 74 persen orang yang hendak mencari pengobatan di fasilitas kesehatan swasta, baik itu pemberi pelayanan kesehatan formal, maupun informal. Sementara, kapasitas diagnostik di fasilitas pelayanan kesehatan sektor swasta formal masih sangat terbatas.
"Hasil lain dari kajian tersebut menunjukkan bahwa ada 2 persen orang dengan gejala tuberkulosis, yang mencari pengobatan di dokter umum ataupun di klinik pratama. Dan sisanya sebanyak 59 persen berada di rumah sakit," terangnya.
Siti menuturkan, pada tahun 2020 lalu terdapat kurang lebih 450.000 kasus TBC yang telah dilaporkan. Sedangkan, pada tahun 2019 kasus itu mencapai 560.000, di mana sangat berbeda jauh dikarenakan pandemi COVID-19 belum menyerang tanah air. "Ini tentunya, yang menjadi catatan kita bahwa untuk menemukan kasus tuberkulosis, kita harus lebih banyak melakukan penemuan secara aktif," ujar Siti.
Seraya Ia menambahkan, bahwa pada masa pandemi COVID-19, kegiatan-kegiatan yang sifatnya aktif dilakukan di dalam masyarakat harus memenuhi beberapa ketentuan untuk protokol kesehatan.