Karanganyar, Gatra.com- Satgas Covid-19 Desa Krendowahono Kecamatan Gondangrejo Karanganyar Jateng segera memberlakukan protokol kesehatan (prokes) di area sumur air asin yang dapat terbakar di Dusun Dukuh Ngrawan. Usai fenomena itu beredar viral di media sosial, sumur tersebut dikunjungi ratusan warga tiap hari. Mereka penasaran ingin melihat lebih dekat air yang bisa terbakar.
Kepala Desa Krendowahono, Syarif Hidayat mengaku tak menyangka daerahnya yang semula sepi dari keramaian, mendadak jadi topik pembicaraan warga dunia maya. Efeknya, mereka berduyun-duyun menyaksikan fenomena tersebut. Pada hari Minggu (21/3) lalu, ia memperkirakan jumlah pengunjung mencapai 200 orang. Padahal tergolong sukar untuk menjangkau lokasi karena akses jalan belum memadai. Selain itu, tak ada area parkir representatif.
"Sampai kaget bisa jadi begini ramainya. Tak ada tempat yang luas melihat sumur itu," katanya kepada Gatra.com, Rabu (24/3).
Sumur itu merupakan bekas penggalian yang ditinggalkan karena air yang keluar berasa asin. Dari semburan air yang bercampur gas metana, api dapat menyala di permukaannya. Kondisi demikian sebenarnya sudah sejak September 2019 lalu. Namun baru tersiar belum lama ini berkat media sosial. Silih berganti para tokoh mengunjungi lokasi itu seperti pejabat partai, birokrat hingga calon investor.
Syarif bersama Satgas Covid-19 Kecamatan Gondangrejo sedang menyusun tatanan supaya mengurangi kerumunan. Ia akan menggandeng Satpol PP dan pemuda desa untuk mengatur antrean pengunjung.
"Tak banyak pemuda desa di sini. Jadi mengandalkan Satpol PP untuk menerapkan prokes. Jangan sampai berjubel," katanya.
Sejauh ini belum dipungut biaya masuk ke sumur air asin terbakar di lahan milik warganya itu. Namun disediakan wadah sekadar mengisi sumbangan. Uang yang terkumpul diharapkan bisa memoles tempat itu lebih representatif. Syarif mengatakan ada sumbangan dari dermawan dalam bentuk pemasangan tanda penunjuk arah dari jalan raya menuju lokasi.
Setahu dirinya ada calon investor yang menjajaki area itu dipakai membuka tempat terapi. Sejauh ini berbagai wacana mencuat terkait pengembangannya menjadi destinasi wisata. Hanya saja, dibutuhkan perencanaan dan penelitian mendalam.
Di bagian lain, Pemkab Karanganyar menggelar rapat membahas fenomena itu dengan menghadirkan pejabat dari ESDM Jawa Tengah dan OPD terkait.
Kepala Cabang Dinas ESDM Jawa Tengah wilayah Solo, Dwi Lestari Novianti mengatakan telah menguji lab sampel air.
"Kekeruhan tinggi dan enggak layak dikonsumsi. Memang asin, tapi itu sudah tercampur air permukaan. Itu dari formasi kalibeng. Bebatuan di dalamnya memiliki kantung berisi gas. Ada dua mata air di barat dan selatan sumur itu. Jenisnya air tawar. Kemungkinan penyusun batuan di bawahnya berlainan," katanya.
Asisten Ekbangkesra Setda Karanganyar Agus Cipto Waluyo memilih menanti perkembangan fenomena air asin terbakar. Ia tak mau buru-buru menggalang investasi di sana.
"Belum tentu air dan gasnya terus keluar. Investasi itu harus ada jaminan potensinya stabil. Lebih baik BUMDes Krendowahono berkonsultasi. Saat potensinya hilang dan terlanjur berinvestasi, harus punya hal lain yang tetap menjaga kunjungannya ramai," katanya.