Jakarta, Gatra.com- Ekonom senior Institute for Develompent of Economic and Finance (INDEF) Didik J Rachbini mengatakan bahwa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sedikitnya bakal mewariskan utang sebesar Rp8000 triliun. Seperti diketahui, per Februari 2021, Kementerian Keuangan RI mencatat posisi utang Indonesia sudah mencapai Rp6.361 triliun.
Namun, kata Didik, jumlah tersebut belum termasuk utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang, menurut catatan Didik, telah mencapai Rp2.100 triliun. "Jadi kalau ditambah, Jokowi mewariskan Rp8.000 triliun utang," ujar Didik dalam webinar yang digelar INDEF, Rabu (24/3).
Didik melanjutkan, jika dibandingkan jumlah utang yang diwariskan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), utang publik warisan Jokowi meroket drastis. Menurut catatan dia, SBY mewariskan utang sekitar Rp2.700 triliun di akhir masa jabatannya 2014 silam. Jumlah tersebur meningkat 150 persen dalam kurun waktu nyaris 6 tahun.
"Di masa SBY pun utang perusahaan pelat merah tidak membengkak seperti sekarang. Jumlahnya masih di kisaran Rp500 triliun. Dengan jumlah utang BUMN yang dimiliki saat ini, ada peningkatan lebih dari 300 persen. Siap-siap. Presiden berikutnya akan menerima tumpukan utang yang sangat besar," ungkap Didik.
Didik juga menilai bahwa peran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam mengontrol utang pemerintah telah dikerdilkan. Di masa lalu, kata dia, pelebaran defisit APBN dari 1 ke 2 persen perlu melalui perdebatan yang panjang. Saat ini, defisit APBN bahkan telah mencapai 45 persen.